Selasa 25 Feb 2020 03:01 WIB

Pengunduran Diri Mahathir dan Kemelut Politik Malaysia

Mahathir ditunjuk sebagai perdana menteri sementara setelah mengundurkan diri.

Rep: Puti Almas/ Red: Nur Aini
Mahathir Mohamad Mengundurkan Diri.
Foto: AP/Vincent Thian
Mahathir Mohamad Mengundurkan Diri.

REPUBLIKA.CO.ID, PUTRAJAYA — Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohammad resmi mengundurkan diri, dengan surat yang diserahkan kepada Raja Yang di-Pertuan Agong Sultan Abdullah Sultan Ahmad Shah. Ia pun kini ditunjuk sebagai perdana menteri sementara, di tengah kemelut politik pemerintahan di negara itu. 

Mahathir ditunjuk sebagai perdana menteri sementara hanya beberapa jam setelah menyerahkan surat pengunduran diri kepada raja pada Senin (24/2) sekitar pukul 13.00 waktu setempat. Pengunduran dirinya diterima, dengan keputusan dari Yang-di-Pertuan Agong Sultan Abdullah Sultan Ahmad Shah bahwa pria berusia 94 tahun itu harus tetap memimpin pemerintahan Malaysia, hingga pemerintahan baru dibentuk. 

Baca Juga

Keputusan tersebut datang di tengah rumor bahwa Mahathir berencana membentuk koalisi baru tanpa Anwar Ibrahim, yang dijanjikan untuk menggantikannya sejak awal ia kembali terpilih menjadi perdana menteri pada Mei 2018. Ia resmi menjadi seorang pemimpin pemerintahan tertua dunia, setelah kemenangan besar koalisi Pakatan Harapan (PH) yang mengakhiri dominasi koalisi Barisan Nasional yang dipimpin partai UMNo dan telah berkuasa sekuat 60 tahun. 

Mahathir saat itu bersama partai-partai koalisinya berhasil mengalahkan mantan perdana menteri Najib Razak yang terjerat skandal korupsi 1 Malaysia Development Berhad (1MDB). Ia yang telah absen selama 15 tahun dari dunia politik juga mengejutkan publik dengan bergabung bersama Anwar yang sempat menjadi rivalnya. 

Anwar pernah menjadi wakil perdana menteri di era kepemimpinan Mahathir pertama kalinya, yang dimulai pada 16 Juli 1981. Namun, hubungan keduanya memburuk dengan pemecatan Anwar pada 1998, menyusul konflik kepemimpinan. Bahkan, Anwar kemudian dipenjara karena tuduhan korupsi dan sodomi, yang secara luas diduga dilatarbelakangi kepentingan politik. 

Dengan keputusan Mahathir mengundurkan diri secara mengejutkan saat ini, PH dinilai semakin goyah dengan masalah yang telah memicu keretakan. Salah satunya adalah mengenai pemindahan kekuasaan kepada Anwar, yang sebelumnya dalam kampanye 2018 dikatakan oleh Mahathir ia akan memberi jalan untuk mantan rivalnya itu memimpin pemerintahan Malaysia. 

Mahathir memang tak pernah menyatakan secara persis kapan waktu pemindahan kekuasaan itu dilakukan. Ia hanya menyampaikan bahwa akan menepati janji untuk menyerahkan kepemimpinan pada Anwar jika kondisi Malaysia sudah membaik dan keputusan itu akan diumumkan setelah Konferensi Tingkat Tinggi Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik yang digelar di Kuala Lumpur pada November mendatang. 

Dilansir BBC, Mahathir dinilai telah memainkan peran sebagai seorang pemimpin yang enggan untuk beristirahat. Ia dikatakan menjadi manipulator utama dalam politik Malaysia di usianya yang hampir menginjak satu abad tersebut. 

Ada kemungkinan besar bahwa Mahathir tidak pernah tulus menyerahkan kekuasaan Anwar meski telah membuat kesepakatan tersebut. Ia nampaknya meragukan kemampuan juniornya tersebut dan mungkin tak hanya dirinya sendiri. 

Para pemilih etnis Melayu di negara itu, yang dukungannya membantu Mahathir memenangkan pemilihan bersejarah pada 2018, telah kembali ke UMNO. Perseteruan Anwar dan Mahathir sekali lagi telah mendominasi politik Malaysia selama beberapa dekade. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement