REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengimbau dunia harus melakukan lebih banyak upaya untuk mempersiapkan kemungkinan pandemi virus corona jenis baru atau Covid-19. WHO mengatakan masih terlalu dini untuk menyebut wabah sebagai pandemi, tetapi negara-negara harus dalam fase kesiapsiagaan.
Pandemi adalah epidemik penyakit yang menyebar di wilayah yang luas, benua, atau bahkan di seluruh dunia. Ia terjadi ketika penyakit menular menyebar dengan mudah dari orang ke orang di banyak bagian dunia.
Ketua WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan pada Senin (24/2) bahwa jumlah kasus baru dalam beberapa hari terakhir di Iran, Italia, dan Korea Selatan sangat memprihatinkan.
"Untuk saat ini kami tidak menyaksikan penyebaran global dari virus ini dan kami tidak menyaksikan penyakit parah atau kematian dalam skala besar," jelas Ghebreyesus dilansir di BBC.
"Apakah virus ini memiliki potensi pandemi? Tentu saja sudah. Apakah kita sudah sampai? Dari penilaian kita, belum," katanya.
Menurut Ghebreyesus, virus ini dapat diatasi dengan upaya banyak negara percaya diri dan berani untuk mencegah penularan lebih luas. "Menggunakan kata 'pandemi' sekarang tidak sesuai dengan fakta tetapi tentu saja dapat menyebabkan ketakutan," tambahnya.
Kendati begitu, Mike Ryan, kepala program kedaruratan kesehatan WHO, mengatakan dunia harus bersiap untuk menghadapi pandemi. "Sekaranglah saatnya untuk melakukan semua yang akan Anda lakukan untuk mempersiapkan terjadinya pandemi," kata Ryan.
Kasus virus Covid-19, yang menyebabkan penyakit pernapasan, masih terus muncul. Wabahnya di Korea Selatan, Italia, dan Iran menyebabkan kekhawatiran.
Namun, jumlah kasus di negeri asal virus Cina sudah menurun. Meski di sana 77 ribu orang menderita penyakit ini dan hampir 2.600 meninggal.
Lebih dari 1.200 kasus telah dikonfirmasi di sekitar 30 negara lain dan ada lebih dari 20 kematian. Italia melaporkan tiga kematian lagi pada hari Senin (24/2), meningkatkan total kematian di sana menjadi enam.
Pada hari Senin (24/2) Irak, Afghanistan, Kuwait, Oman dan Bahrain melaporkan kasus pertama mereka. Semuanya melibatkan orang-orang yang datang dari Iran. Pejabat di Bahrain mengatakan pasien terinfeksi adalah sopir bus sekolah, dan beberapa sekolah kini telah ditutup.