Selasa 25 Feb 2020 13:13 WIB

Sejarah Hari Ini: Muhammad Ali Raih Juara Dunia Tinju

Muhammad Ali jadi tokoh olahraga terbesar abad ke-20.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
Muhammad Ali
Foto: Reuters / Jorge Nunez File Photo
Muhammad Ali

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pada 25 Februari 1964, nama lahir Casius Marcellus Clay atau Muhammad Ali meraih gelar juara dunia tinju kelas berat. Kala itu, dia berhasil mengalahkan sang juara bertahan Sonny Liston.

Melansir History, Clay yang saat itu berusia 22 tahun mengejutkan para petinju lain dengan mencopot gelar juara tinju kelas berat dunia bertahan, Liston, pada putaran ketujuh. Liston yang disegani di dunia tinju itu kemudian menyerah di ronde ke-8.

Baca Juga

Ali, pemuda yang berperawakan pendek dan cerdik membutuhkan lebih sedikit waktu untuk meraih kemenangannya. Liston, yang mengeluhkan bahu terluka, gagal melanjutkan pertandingan sampai lonceng putaran ketujuh.  Beberapa saat kemudian, seorang juara tinju kelas berat baru hadir.

Pada saat kemenangannya, sekitar 8.300 penonton berkumpul di arena Convention Hall di Miami Beach untuk melihat apakah Cassius Clay yang dijuluki "Louisville Lip," dapat meraih kemenangan. Ali membuktikan tidak ada rekayasa tanding, dan perlahan ia mundur dari ayunan pukulan kuat Liston sambil memberikan balik pukulan cepat ke kepala Liston.  

Liston sempat melukai bahunya di ronde pertama, melukai beberapa otot saat dia bergerak dan kehilangan sasaran yang sulit dikendalikan. Pada saat dia memutuskan untuk menghentikan pertarungan antara ronde keenam dan ketujuh, Liston dan Clay hampir sama poinnya. Hingga pada akhirnya, Liston menyerah dan bersedia menggantikan posisi juara bertahannya kepada Clay. 

Untuk merayakan kemenangan gelar kelas berat dunianya, Clay kemudian pergi ke pesta pribadi di sebuah hotel di Miami yang dihadiri oleh sahabatnya, Malcolm X yang merupakan seorang pemimpin dari kelompok Muslim Afrika-Amerika (Nation of Islam).

Dua hari kemudian, Clay mengumumkan bahwa ia bergabung dengan Nation of Islam dan membela konsep pemisahan rasial sambil berbicara tentang pentingnya agama Islam dalam hidupnya. Pada tahun itu pula, Clay memutuskan mengganti namanya dengan nama Muslim menjadi Muhammad Ali.

Muhammad Ali menjadi salah satu tokoh olahraga terbesar abad ke-20, dengan pengaruh besar di bidang sosial dan politik. Setelah berhasil mempertahankan gelarnya sembilan kali, gelar itu dilucuti pada 1967 setelah ia menolak masuk ke Angkatan Darat AS.

Tahun itu, ia dijatuhi hukuman lima tahun penjara karena melanggar Undang-Undang Layanan Selektif tetapi diizinkan untuk tetap bebas saat ia mengajukan banding atas keputusan tersebut. Popularitasnya anjlok, tetapi banyak orang di seluruh dunia memuji sikapnya yang berani menentang Perang Vietnam.

Pada 1970, ia diizinkan untuk kembali ke ring tinju. Pada 1974, ia mendapatkan kembali gelar kelas beratnya dalam pertandingan melawan George Foreman di Zaire dan berhasil mempertahankannya dalam kontes 15 putaran melawan Joe Frazier di Filipina pada tahun berikutnya.  

Hingga 1979, dia pensiun, tetapi kembali ke ring dua kali pada awal 1980-an. Pada 1984, Ali didiagnosis mengidap sindrom Parkinson pugilistik dan sejak itu mengalami penurunan fungsi motoriknya secara perlahan.  

Dia dilantik ke dalam International Boxing Hall of Fame pada 1990. Pada 1996, dia menyalakan api Olimpiade pada upacara pembukaan Olimpiade Musim Panas di Atlanta, Georgia. Putri Ali, Laila, melakukan debut tinju pada 1999.

Pada upacara Gedung Putih pada November 2005, Ali dianugerahi Presidential Medal of Freedom. Pada 3 Juni 2016, Ali meninggal dunia setelah kesehatannya lambat laun memburuk.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement