REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah resmi mengumumkan insentif bagi industri pariwisata termasuk maskapai penerbangan demi menangkal dampak negatif virus corona terhadap ekonomi nasional. Pakar Pariwisata Universitas Andalas, Sari Lenggogeni, menilai insentif itu tidak akan memberikan dampak signifikan bagi kunjungan ke destinasi pariwisata.
Sari menyampaikan, pada situasi saat ini daya tarik wisatawan baik asing maupun lokal sangat menurun akibat kekhawatiran virus corona. Hal itu sudah terlihat dari banyaknya para wisatawan yang membatalkan agenda wisatanya ke berbagai destinasi di Indonesia.
"Saya pikir belum berdampak besar. Kenapa? Karena traveling pun orang takut. Tidak akan banyak membantu sampai virus ini mereda," kata Sari kepada Republika.co.id, Selasa (25/2).
Ia menjelaskan, virus corona menimbulkan krisis kesehatan dunia dan memberikan ketidakpastian yang tinggi bagi orang-orang yang bepergian. Terlebih dalam bepergian antar negara karena akan bertemu dengan banyak orang dari ragam daerah.
Situasi itu membuat masyarakat dunia merasa tidak aman jika memaksakan diri untuk berwisata. "Masker saja sudah susah didapat. Masyarakat dalam negeri saja sudah takut berwisata. Jadi willingness untuk wisata sudah sangat terpengaruh," tuturnya.
Sari mengatakan, yang bisa dilakukan saat ini hanya mempertahankan kegiatan ekonomi lokal. Seperti misalnya pertemuan-pertemuan resmi lembaga di dalam negeri pada suatu destinasi wisata.
Pemerintah bisa berbuat banyak untuk mendongkrak kunjungan wisatawan jika virus telah mereda.