REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Rusia dan Turki sedang mempersiapkan pembicaraan baru tentang Idlib dan zona deeskalasi di Suriah. Hal ini disampaikan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, pada Senin (24/2) waktu setempat.
"Sekarang kami sedang mempersiapkan serangkaian pembicaraan lain, yang kami harap, akan membawa kami ke sebuah kesepakatan tentang bagaimana memastikan bahwa ini benar-benar zona deeskalasi dan bahwa para teroris tidak memerintah di sana," kata Sergey Lavrov dilansir Anadolu Agency, Selasa (25/2).
Lavrov juga berharap kontak yang sedang berlangsung antara militer Rusia dan militer Turki, dengan partisipasi diplomat dan layanan keamanan, akan berakhir secara positif.
Rusia juga akan dapat memastikan bahwa kelompok teror itu tidak mengambil alih bagian Suriah ini. "Bahkan, mereka tidak boleh mengambil alih di tempat lain," katanya.
Suriah telah terperosok dalam perang saudara yang ganas sejak awal 2011 ketika Assad menindak protes pro demokrasi.
Idlib, dekat perbatasan selatan Turki, berada dalam zona deeskalasi yang diatur dalam kesepakatan antara Ankara dan Moskow pada akhir 2018.
Sekitar satu juta pengungsi Idlib telah bergerak menuju perbatasan Turki dalam beberapa bulan terakhir, melarikan diri dari serangan oleh rezim Assad dan sekutunya yang menyebabkan situasi kemanusiaan yang putus asa.
Turki telah menyerukan penghentian segera serangan terhadap Idlib, dan agar gencatan senjata diikuti, memperingatkan bahwa jika serangan tidak berhenti, maka itu akan mengambil tindakan.