Selasa 25 Feb 2020 19:44 WIB

BMKG Sudah Koordinasikan Cuaca Buruk dengan Kepala Daerah

Kondisi iklim sudah disampaikan secara tersendiri dalam pertemuan khusus.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Ratna Puspita
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati
Foto: Republika TV/Havid Al Vizki
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi Klimati dan Geofisika (BMKG) mengaku telah mengordinasikan potensi cuaca ekstrem yang bisa terjadi ke kepala daerah se-Nusantara. BMKG mengatakan, kordinasi diperlukan mengingat cuaca buruk yang mungkin terjadi hingga Maret mendatang.

"Jadi betul sudah disampaikan dalam koordinasi khusus tentang trend untuk kondisi ekstrim yang semakin meningkat dan intensitasnya semakin tinggi," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati di Jakarta, Selasa (25/2).

Baca Juga

Dia mengatakan, kondisi iklim tersebut sudah disampaikan secara tersendiri dalam pertemuan khusus. Dia melanjutkan, hal tersebut dilakukan agar ada langkah mitigasi potensi bencana yang muncul sebagai dampak dari cuaca buruk yamg dimaksud.

"Kami melihat sudah ada langkah lanjut antisipasi itu, misalnya pengendalian pompa, juga upaya untuk penghijauan, kan gencar sekali kan," katanya.

Dwi mengungkapkan iklim buruk tersebut tidak serta merta terjadi. Dia mengatakan, BMKG sudah memprediksi kondisi tersebut berdasarkan analisa catatan sejak 1866 silam hingga 2019. 

"Mengacu pada catatan, kondisi kejadian fenomena cuaca dan iklim ekstrem semaking sering terjadi selama 30 tahun terakhir dengan intensitas yang semakin meningkat," katanya.

BMKG, dia melanjutkan, mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan berhati-hati terhadap dampak yang ditimbulkan dari cuaca ekstrem tersebut. Seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan air, angin kencang, ohon tumbang hingga jalan licin.

Sebelumnya, BMKG memprediksi bahwa sejumlah wilayah di Indonesia bakal diguyur hujan selama sepekan ke depan. BMKG memprediski air akan turun dalam intensitas sedang hingga lebat.

BMKG mengatakan, berdasarkan hasil analisis perkembangan musim hujan dasarian II Feb 2020, 100 persen wilayah zona musim di Indonesia telah memasuki musim hujan. Termasuk wilayah Jabodetabek.

Dwikorita mengatakan, iklim tersebut diperkirakan terjadi hampir secara merata di seluruh tanah air. Dwi menjelaskan, cuaca ekstrem itu terbentuk lantaran keberadaan badai tropis Ferdinand yang mulai terdeteksi pada 24 Februari lalu di selatan Samudera Hindia dan diperkirakan akan punah pada 27 Februari nanti.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement