Selasa 25 Feb 2020 21:18 WIB

Pemerintah Prioritaskan Evakuasi WNI dari Kapal World Dream

Kapal pesiar World Dream ditolak berlabuh oleh banyak negara.

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Andri Saubani
Kapal pesiar World Dream. (ilustrasi)
Foto: Jerome Favre/EPA-EFE
Kapal pesiar World Dream. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah memprioritaskan untuk mengevakuasi 188 WNI di kapal World Dream setelah virus Corona merebak. Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengatakan, evakuasi WNI di kapal World Dream ini menjadi prioritas karena mereka ditolak di berbagai negara.

"Kalau ini kan ditolak di mana-mana ini, yang Dream World ini di mana ditolak, di mana ditolak. Kita sebagai pemerintah wajib memperhatikan yang tertolak di mana-mana ini," ujar Terawan di Kompleks Istana Presiden, Jakarta, Selasa (25/2).

Baca Juga

Terawan menilai, WNI di kapal World Dream dinilai lebih terancam kondisinya dibandingkan WNI yang ada di kapal Diamond Princess di Jepang. Karena itu, pemerintah memberikan perhatian utamanya kepada WNI di kapal World Dream.

"Menkes memperhatikan yang ditolak ini. Kalau kehabisan logistik dan lain sebagainya bagaimana. Ini jelas terancam, lebih terancam dibanding yang sana (kapal Diamond Princess)," jelasnya.

Terawan mengatakan, WNI di kapal Wolrd Dream akan dievakuasi ke KRI dr Soeharso besok Rabu (26/2) sekitar pukul 10.00 WIB. Selanjutnya, pemerintah akan membawa mereka ke Pulau Sebaru untuk menjalani masa karantina selama 14 hari.

Sementara itu, terkait nasib WNI di kapal Diamond Princess di Jepang, Terawan menyebut pemerintah masih melakukan negosiasi evakuasi dengan Pemerintah Jepang. Pemerintah tak ingin proses evakuasi terhadap WNI di kapal Diamond Princess ini dilakukan terburu-buru sehingga nantinya tak membuat episentrum baru di Indonesia.

Ia mencontohkan, penanganan evakuasi yang terburu-buru yang dilakukan oleh Amerika, Australia, dan juga Korea Selatan justru membuat wabah semakin menyebar dan menjadikan negara tersebut menjadi episentrum baru virus corona.

"Apa yang terjadi di Amerika di Australia makanya diperlukan cara-cara khusus, negosiasi dengan Jepang untuk bisa mengambil jalan yang paling tepat. Karena kalau grusa grusu, keburu-buru apa yang terjadi dengan Amerika, apa yang terjadi dengan Korea, apa yang terjadi dengan Australia, yang membuat menjadi episentrum baru," jelas dia.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement