REPUBLIKA.CO.ID, MAGETAN -- Sejumlah petani di Desa Pojoksari, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, terpaksa panen dini. Hal ini terpaksa dilakukan karena roboh dan terendam air akibat tingginya curah hujan disertai angin kencang selama beberapa hari terakhir.
Petani desa Pojoksari, Kecamatan Sukomoro, Supriyanto, mengatakan, pihaknya terpaksa memanen padinya lebih awal untuk menghindari kerugian yang lebih besar. Sebab, jika tidak segera dipanen, maka tanaman padinya yang sudah roboh tertiup angin akan membusuk karena terendam air.
"Ini sudah banyak yang roboh kena angin. Jadi kalau tidak cepat dipanen, gabahnya itu busuk karena banyak yang terkena tanah dan air akibat cuaca buruk," ujar Supriyanto kepada wartawan di Magetan, Selasa (25/2).
Menurut dia, normalnya tanaman padi dipanen pada usia 90-100 hari. Namun saat ini tanaman padinya baru berusia70-80 hari dari masa tanam. Selain dipanen lebih awal, ia mengaku produksi panen padi miliknya menurun 10 hingga 20 persen. Hal itu karena sebagian sudah rusak akibat roboh dan terendam air.
Ia juga mengalami kerugian karena padi yang sudah ambruk biasanya bulirnya banyak yang pecah serta berwarna hitam sehingga kurang laku di pasaran. Tidak hanya di Kecamatan Sukomoro, di Kecamatan Kartoharjo, Magetan, juga banyak tanaman padi yang roboh dan terendam air akibat cuaca buruk. Hal itu menyebabkan hasil panen petani menurun.
Sesuai data BMKG, curah hujan yang tinggi masih akan terjadi hingga Maret 2020 seiring masuknya puncak musim hujan. Kondisi tersebut berpontensi menyebabkan banjir yang menggenangi area pertanian, jalan, dan permukiman. Warga diimbau untuk waspada dan mengantisipasi bencana alam yang rawan ditimbulkan akibat cuaca buruk tersebut.