Rabu 26 Feb 2020 03:50 WIB

Tangis Nabi Muhammad Ketika Anaknya Meninggal (1)

Anak Nabi Muhammad yang bernama Ibrahim meninggal saat balita.

Rep: Ratna AJeng Tejomukti/ Red: Muhammad Hafil
Tangis Nabi Muhammad Ketika Anaknya Meninggal. Foto: Kaligrafi Nama Nabi Muhammad (ilustrasi)
Foto: smileyandwest.ning.com
Tangis Nabi Muhammad Ketika Anaknya Meninggal. Foto: Kaligrafi Nama Nabi Muhammad (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  MADINAH -- Dengan usainya Perang Tabuk, maka selesailah amanat Allah diajarkan ke seluruh Jazirah Arab. Dan Nabi Muhammad SAW sudah merasa aman dari setiap permusuhan yang akan ditujukan kepada agama Islam.

Utusan-utusan dari pelbagai daerah datang menghadap beliau dengan menyatakan kesetiaan serta mengumumkan keislaman mereka. Perang Tabuk bagi Rasulullah merupakan ekspedisi terakhir. Sesudah itu, beliau menetap di Madinah. Rasulullah pun ketika itu telah berusia 60 tahun.

Baca Juga

Namun Nabi tidak menjadi terlena. Momentum ini dijadikan sebagai kesempatan untuk terus menyebarkan Islam. Meski masih ada yang masih menolak dan menentangnya, banyak diantaranya yang menerima.

Bahkan ada yang datang secara langsung ke kota Madinah, mereka mengikrarkan diri menerima Islam. Salah satunya adalah penguasa Iskandariyah dan penguasa suku Qibthi, Muqauqis.

Rasulullah saat itu mengutus Hathib bin Abi Balta'ah untuk menemui Raja Muqauqis. Hatbih disambut hangat dan surat dari Rasulullah pun diterima dengan tangan terbuka.

Sebagai bentuk rasa syukurnya, sang raja memberikan hadiah dua budak wanita yang bersaudara Mariyah al Qibthiyah dan adiknya Sirin, seorang budak laki-laki bernama Mabur. Raja juga memberikan hadiah lain 10 misqal emas, 20 potong pakaian khas koptik, seekor keledai bernama daldal dan seekor zebra bernama ya'fur.

Mariyah kemudian diperistri oleh Rasulullah setelah dimerdekakan. Sedangkan saudaranya Sirin, diberikan kepada Hasan bin Tsabit.

Nabi kemudian membuatkan rumah mungil di ujung timur Madinah yang dikelilingi perkebunan. Keberadaan Mariyah menjadi istimewa di hati Rasulullah, karena setelah Khadijah wafat, hanya dia istri yang bisa mengandung.

Kehamilan Mariyah tentu menjadi kado istimewa apalagi putra-putri Nabi lebih dahulu wafat di usia belia. Meski ada yang menikah, namun mereka pun wafat sebelum Nabi. Hanya Fatimah yang meninggal setelah enam bulan Nabi wafat.

Cinta dan perhatian Rasulullah kepada Mariyah semakin bertambah dengan kehamilannya. Namun sebelum melahirkan, justru Nabi kembali dirundung duka, Zainab putrinya dari Khadijah tiba-tiba meninggal dunia.

Kesedihan yang dirasakannya sama ketika Qasim dan Abdullah, kedua anaknya wafat di usia anak-anak. Kesedihan ini segera sirna karena di bulan Dzulhijjah tahun 8 Hijriyah, Allah mengkaruniakan seorang anak laki-laki bernama Ibrahim dari istrinya Mariyah.

Anak laki-laki merupakan kebanggan masyarakat Arab. Begitu juga yang dirasakan Rasulullah.

Berita bahagia kelahiran anaknya ini pun disampaikan langsung kepada sahabat-sahabat Nabi. Senyum dan kebahagiaan terpancar dari wajahnya.

Tak lupa rasulullah memberikan hadiah kepada orang yang pertama kali mengabarkan kelahiran anaknya ini. Abu Rafi' mendapatkan hadiah seorang budak.

"Tadi malam aku dikaruniai seorang anak laki-laki. Aku memberinya nama Ibrahim, seperti nama kakekku," sabda Rasullah memberikan kabar tentang kelahiran anaknya.

Sebagai wujud syukur, Nabi menyelenggarakan akikah dengan menyembelih kambing dan mencukur rambut serta bersedekah perak kepada orang miskin seberat rambut Ibrahim.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement