REPUBLIKA.CO.ID, PALU— Fatayat Nahdlatul Ulama Provinsi Sulawesi Tengah dalam sebulan terakhir melaksanakan praktik pengurusan jenazah perempuan di daerah-daerah rawan bencana di Kota Palu, Kabupaten Donggala, dan Kabupaten Sigi.
"Ini bagian dari program Emergency Response Recovery (ERR) di Palu, Sigi dan Donggala," kata Ketua Fatayat NU Sulawesi Tengah, Zulfiah Mansur, di Palu, Selasa (25/2) malam.
Dia mengatakan kegiatan belajar pengurusan jenazah tersebut dilakukan di dua desa di Sigi dan Donggala, serta dua kelurahan di Kota Palu.
Zulfiah mengatakan Fatayat NU menganggap penting mengajak kaum perempuan mempelajari ilmu yang hampir dilupakan sebagian orang tersebut.
Dia mengatakan ada sebagian kalangan menganggap ilmu tersebut sebagai ilmu yang hanya boleh dipelajari orang tua dan yang memiliki keberanian serta keahlian khusus.
"Sekarang ini sudah jarang kita temukan perempuan muda yang bersedia menjadi pelaksana kaifiyatul jenazah," katanya.
Padahal, kata Zulfiah, untuk mempelajari ilmu itu tidak dibatasi umur, apalagi ketika situasi emergency sangat dibutuhkan orang yang tidak hanya berani atau ikhlas menangani jenazah akan tetapi juga dibutuhkan orang yang memiliki ilmu mengurus jenazah.
Dengan melihat fenomena tersebut, kata Zulfiah, Fatayat NU Sulawesi Tengah didukung YAPPIKA, sebuah lembaga sosial dan kemasyarakatan terpanggil melakukan belajar pengurusan jenazah. "Kegiatan kami mulai sejak 7 Februari di Desa Beka, Kecamatan Marawola, Sigi," kata Zulfiah.
Untuk di Kabupaten Donggala dilaksanakan di Desa Lende Tovea, Kecamatan Sirenja. Sementara di Kota Palu dilaksanakan 15 Februari di Kelurahan Buluri, Kecamatan Ulujadi dan Layana Indah, Kecamatan Mantikulore.
"Kami dibantu tim dari penyuluh agama Islam Kemenag Kota Palu. dan semua yang kami kunjungi mendapat sambutan positif dan warga belajar sangat antusias, prosesi belajar juga berlangsung dinamis dan interaktif," katanya.