Rabu 26 Feb 2020 07:17 WIB

Kendala Moda Transportasi Trem di Kota Bogor

Salah satu kendal adalah belum adanya aset atau lahan yang cukup utuk depo trem.

Rep: Nugroho Habibi/ Red: Yudha Manggala P Putra
Trem melintas di salah satu kota di Eropa. Kota Bogor memiliki keinginan membangun trem sebagai bagian rencana transportasi massal jangka panjang.
Foto: Wikimedia
Trem melintas di salah satu kota di Eropa. Kota Bogor memiliki keinginan membangun trem sebagai bagian rencana transportasi massal jangka panjang.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Rencana Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor untuk mengoperasikan trem mulai menemui hambatan. Sejumlah catatan telah disampaikan oleh konsultan pengkaji trem, PT Colas Rail.

Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim menurunkan, sarana dan prasarana trem harus dipersiapkan dengan baik. Di antaranya, depo trem dan jalan yang memadai khususnya jembatan yang akan dilalui trem.

"Nah, masalah utamanya, di Kota Bogor tak punya aset atau lahan yang cukup untuk memiliki depo yang luasnya 5-10 hektare," kata Dedie di Balai Kota Bogor, Selasa (25/2).

Mengenai jembatan, sambung Dedie, pihaknya harus melakukan pelebaran yang nantinya akan dilalui trem. Belum lagi, kata dia, konstruksi jembatan harus diperkuat agar mampu menahan beban trem.

"Kalau tidak diperlebar harus menyesuaikan dengan spesifikasi trem. Sehingga bisa dilalui trem dari segi bobot dan lebarnya," kata dia.

Kendala lain, kata Dedie, mengenai unit trem yang harus ditentukan. Pemkot Bogor belum dapat memutuskan unit trem yang akan diambil, dari hibah Utrecht, Belanda atau trem baru buatan PT Industri Kereta Api (Persero).

Dedie menjelaskan menerima hibah trem dari Belanda harus mendapat persetujuan dari Kementrian Perhubungan (Kemenhub). Pasalnya, Kemenhub selaku pihak yang berwenang sebagai lembaga penanggungjawab atau executing agency.

Kendati demikian, Dedie menyampaikan, Colas lebih menyarankan untuk mendatangkan unit trem baru. Sehingga, pemakaian moda transportasi berbasis rel itu lebih efisien dan bertahan lama.

"Karena hibah ini ada masa pakainya, kan barang bekas dan masa pakainya 10-15 tahun lagi. Kalau trem baru bisa 30-40 tahun, itu saran Colas. Kalau dari Utrecht, nanti kita perlu pengadaan lagi dan ditambah maintenance yang lebih mahal," jelasnya.

Diketahui, Pemkot Bogor telah menunjuk PT Colas Rail untuk melakukan kajian dan studi kelayakan trem di Kota Bogor. Kajian tersebut ditargetkan tuntas dilakukan pada Juni 2020.

Country Director Colas Group Indonesia Christophe Chassagnette menjelaskan telah menyampaikan kajian mengenai pembiayaan moda transportasi trem ke Pemkot Bogor. Setidaknya, Christophe menjelaskan, alternatif terbaik yakni mendatangkan trem baru dengan taksiran biaya mencapai Rp 1,5 triliun. "Ini estimasi berdasarkan hasil kajian kita sementara," kata Christophe.

Demikian, dia mengatakan, masih banyak yang perlu dikaji dalam beberapa bulan kedepan. Di antaranya lintasan trem (tremway), lokasi depo trem, halte trem, mengintegrasikan dengan transportasi yang ada sekaligus infrastruktur pendukung.

"Tapi pada kajian ini masih banyak yang harus kita kerjakan. Kita akan kaji untuk memberikan hasil yang lebih akurat," kata dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement