REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Raja Malaysia, Yang di-Pertuan Agong Al-Sultan Abdullah Ri'uddinuddin Al-Mustafa Billah Shah melakukan pertemuan dengan lebih banyak anggota Parlemen Malaysia, Rabu (26/2). Upaya itu dilakukan dalam mencari kandidat paling cocok untuk menjabat perdana menteri menggantikan Mahathir Mohamad.
Sejak Selasa (25/2) sore, para anggota parlemen mendatangi Istana Negara untuk memberi tahu Raja tentang sosok yang mereka dukung untuk menjadi kepala pemerintahan. Pada saat itu, hampir semua faksi termasuk Pakatan Harapan (PH), Partai Pribumi Bersatu Malaysia (PPBM) atau dikenal dengan Bersatu, Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO), Partai Islam Se-Malaysia (PAS), dan Gabungan Parti Sarawak memberikan suara untuk Dr Mahathir melanjutkan kepemimpinan.
Laporan Malay Mail menyatakan, dengan dukungan besar tersebut akan membuat Mahathir membentuk koalisi yang besar. Namun, tidak lama setelah UMNO dan PAS meninggalkan Istana Negara, keduanya mengumumkan menarik dukungan untuk Mahathir.
Keputusan tersebut dibuat karena kedua partai itu tidak mau bergabung dengan administrasi mana pun yang terdapat Partai Aksi Demokratis (DAP) di dalamnya. Meskipun tidak ragu bergabung dengan koalisi pemerintah, kedua partai sekarang bersikeras hanya pemilihan umum baru yang akan menyelesaikan kebuntuan politik saat ini.
Raja Malaysia akan terus bertemu dengan anggota parlemen lainnya pada Rabu (26/2). Dalam jadwal untuk bertemu dengannya adalah anggota yang berasal dari faksi PH dan Datuk Seri Azmin Ali yang keluar dari Partai Keadilan Rakyat (PKR) untuk membuat kelompok sendiri.
Meskipun kehilangan dukungan dari UMNO dan PAS yang membuat Mahathir kehilangan kesempatan membuat pemerintah bersatu, suara yang diperoleh masih bisa membentuk pemerintah baru. Hingga saat ini, suara dari anggota partai masih mendukungnya.
Ketika suara dikombinasikan dengan Bersatu, secara teoritis dukungan dapat memberi Mahathir wewenang yang lebih kuat daripada koalisi PH yang sudah bubar. Namun, karena tidak ada pihak yang terikat secara resmi, Malaysia akan tetap dalam ketidakpastian sampai Raja Malaysia secara resmi menunjuk perdana menteri baru.