REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dua perusahaan transportasi serta pesan antar makanan daring terbesar di Asia Tenggara, Gojek dan Grab, dikabarkan akan melakukan merger. Kedua perusahaan yang bervaluasi lebih dari 10 miliar dolar AS ini disebut telah berdiskusi mengenai hal tersebut.
Menanggapi hal itu, Gojek berkomentar singkat. “Tidak ada rencana merger, dan pemberitaan yang beredar di media terkait hal tersebut tidak akurat,” ujar Nila Marita, Chief Corporate Affairs Gojek, saat dikonfirmasi Republika.co.id, Rabu (26/2).
The Information melaporkan manajemen Gojek dan Grab telah melakukan beberapa kali pertemuan dalam dua tahun terakhir. Pembicaraan mengenai rencana merger menjadi lebih serius dalam beberapa bulan terakhir.
Presiden Grab Ming Maa dan CEO Gojek Andre Soelistyo telah bertemu pada awal Februari ini. Keduanya masih membahas dan mempertimbangkan potensi dari aksi korporasi ini.
Berdasarkan The Information, Grab menginginkan mayoritas investor berasal dari pihak Grab. Sedangkan Gojek menginginkan porsi 50-50 atau seimbang antara kedua belah pihak.
DealStreetAsia juga menyebut bahwa salah satu eksekutif Gojek menyatakan bahwa Grab dan Gojek akan menghentikan perang tarif. Ini merupakan langkah dari rencan merger.
Namun, pernyataan tersebut kembali disangkal petinggi Gojek. Pemangkasan insentif driver atau menaikkan tarif tidak mungkin dilakukan. "Tidak ada diskusi seperti itu," kata petinggi Gojek dikutip DealStreetAsia.