REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan menyiapkan 39 tim ahli kesehatan untuk proses observasi warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi anak buah kapal (ABK) World Dream di Pulau Sebaru, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Jumlah tersebut lebih banyak dari proses observasi sebelumnya di Natuna, Kepulauan Riau.
"Tim dokternya lebih banyak, kalau kemarin hanya 25 orang, kalau saat ini 39," ujar Kepala Pusat Krisis Kementerian Kesehatan, Budi Sylvana, di Dermaga Kolinlamil, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (26/2).
Tim dokter tersebut terdiri dari multidisiplin. Terdapat sejumlah dokter spesialis berbeda-beda, di antaranya spesialis penyakit dalam, spesialis kesehatan lingkungan, spesialis anestesi, spesialis paru, spesialis jiwa, spesialis psikologi, spesialis jantung, dan lain-lain.
"Kenapa begitu, karena Indonesia tidak mau kecolongan. Menteri (kesehatan) juga sudah berkali-kali mewanti ke kami jangan sampai kecolongan. Tugas kami yang di bawah untuk melakukan ini, maksudnya jauh lebih baik," kata dia.
Budi menjelaskan, secara umum perlakuan terhadap 188 WNI yang akan diobservasi di Pulau Sebaru tidak jauh berbeda dengan WNI yang diobservasi di Natuna. Tapi, tim dokter dan pelayanan terhadap para ABK World Dream itu akan lebih komplet dan komprehensif.
"Kita tidak ingin ada kecolongan sehingga kita terus meningkatkan kewaspadaan. Standarnya terus dinaikkan. Karena dinamika di dunia sudah tidak sama dengan kemarin, sehingga layanan observasinya akan lebih komprehensif," terang Budi.
Pemeriksaan terhadap mereka akan dilakukan sedikit lebih banyak ketimbang WNI yang diobservasi di Natuna. Pemeriksaan itu dilakukan ketika mereka berpindah dari kapal ke kapal. Terhadap mereka akan dilakukan pemeriksaan mulai dari yang umum hingga ke kompleks.
"Sehingga kita ingin meyakinkan bahwa teman-teman WNI ini dalam kondisi sehat. Walaupun sehat nanti, tetap kita lakukan observasi. Karena itu untuk meyakinkan warga Indonesia bahwa mereka ini benar-benra sehat," jelasnya.