REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Komite Olimpiade Internasional (IOC) membuka kemungkinan untuk membatalkan gelaran Olimpiade Tokyo 2020. Ini imbas dari merebaknya virus corona dalam beberapa bulan terakhir.
Namun, IOC masih akan menunggu perkembangan terbaru untuk bisa memutuskan kelanjutan gelaran Olimpiade Tokyo 2020. Anggota Senior IOC, Dick Pound, menyatakan, apabila dinilai terlalu berisiko untuk menggelar Olimpiade Tokyo 2020 di tengah mewabahnya virus corona, maka IOC bisa saja mengambil keputusan untuk membatalkan pesta olahraga terbesar tersebut.
Kendati begitu, Pound menegaskan, IOC masih akan menunggu perkembangan teranyar dari mewabahnya virus corona tersebut, setidaknya hingga satu atau dua bulan mendatang. Artinya, keputusan terkait kelanjutan penyelenggaran Olimpiade Tokyo 2020 baru akan diambil IOC pada Mei mendatang.
''Selama periode tersebut, saya bisa katakan, orang harus bertanya,'Apakah kita cukup yakin untuk pergi ke Tokyo atau tidak?. Banyak hal mulai terjadi hingga saat ini. Pada periode tersebut, panitia penyelenggara telah mempersiapkan berbagai fasiitas, mulai dari faktor keamanan, makanan, wisma atlet, dan media sudah membangun studio,'' kata Pound kepada AP, Rabu (26/2).
Pound menambahkan, apabila nantinya Olimpiade Tokyo 2020 terancam mundur dari jadwal yang telah ditetapkan, maka IOC akan lebih memilih langkah untuk membatalkan Olimpiade 2020, ketimbang menundanya atau memindahkan lokasi penyelengaraan. ''Anda mungkin akan lebih mempertimbangan pembatalan,'' kata Pound, yang merupakan mantan atlet renang asal Kanada dan telah menjadi anggota senior IOC sejak 1978.
Dalam dua bulan terakhir, penyebaran virus corona memang kian mengkhawatirkan. Wabah virus, yang dimulai dari Wuhan, China, tercatat telah menginfeksi 80 ribu orang dan telah menyebabkan 2.700 orang meninggal dunia. Virus corona itu pun telah menyebar ke sejumlah negara. Sejumlah negara di Asia, Timur Tengah, dan Eropa mulai melaporkan adanya kasus positif virus corona di negaranya. Bahkan, di Jepang, empat orang dilaporkan telah meninggal dunia akibat virus corona.
Rencananya, Olimpiade Tokyo 2020 akan dibuka pada 24 Juli dan berakhir pada 9 Agustus mendatang. Sekitar 11 ribu atlet dari 206 negara diperkirakan bakal ambil bagian dalam pesta olahraga terbesar sejagat tersebut. Kendati di bawah bayang-bayang penyebaran virus corona, tapi Pound meminta kepada para atlet untuk terus berlatih dan mempersiapkan diri untuk memberikan yang terbaik di ajang Olimpiade Tokyo 2020.
''Hingga sejauh ini, yang kami tahu adalah kami akan tetap ke Tokyo. Belum ada indikasi yang membuat kami harus mengambil langkah-langkah berbeda. Jadi, untuk para atlet, tetaplah berlatih, persiapkan diri kalian, dan yakinlah IOC tidak akan mengirimkan Anda ke situasi pandemik,'' tegas Pound.
Pound menambahkan, hingga saat ini, IOC masih terus berkonsultasi dan menunggu rekomendasi dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) terkait kondisi penyebaran virus corona. IOC pun masih akan menunggu hasil rekomendasi dari WHO sebelum memutuskan untuk membatalkan gelaran Olimpiade Tokyo 2020.
Terkait kemungkinan untuk menunda Olimpiade 2020, Pound menilai, hal tersebut akan sangat sulit dilakukan. Tidak hanya soal persiapan dalam skala besar, tapi penundaan itu dikhawatirkan menggangu jadwal kompetisi tahunan sejumlah cabang olahraga.
''Anda tidak bisa begitu saja menunda sesuatu dengan skala sebesar olimpiade. Ada begitu banyak elemen. Selain itu, ada jadwal kompetisi tahunan yang sudah berjalan. Anda tidak bisa mengatakan,''Oke, Olimpiade 2020 akan digelar pada Oktober,'' jelas Pound.