REPUBLIKA.CO.ID, oleh Ronggo Astungkoro, Sapto Andika Candra, Haura Hafizhah, Antara
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memastikan fasilitas untuk observasi warga negara Indonesia (WNI) anak buah kapal World Dream di Pulau Sebaru Kecil, Kepulauan Seribu terkait merebaknya virus Corona akan lebih baik daripada fasilitas di Natuna. Sebanyak 188 WNI mulai dievakuasi pada Rabu (26/2) dan dijadwalkan tiba di Pulau Sebaru pada Jumat (27/2).
"Fasilitas di Sebaru lebih bagus karena ini adalah rumah-rumah yang ada kamar-kamarnya. Fasilitas ini adalah tempat rehabilitasi narkoba yang sudah kosong," kata Direktur Pengelolaan Logistik dan Peralatan BNPB Rustian saat ditemui di Bandara Halim Perdanakusumah, Jakarta, Rabu (26/2).
Rustian mengatakan, fasilitas di Sebaru tersebut berbeda dengan observasi di Natuna yang dilakukan di dalam hanggar yang di dalamnya dipasang tenda-tenda. Meskipun fasilitas secara fisik berbeda, Rustian menyebutkan logistik maupun personel yang dipersiapkan akan sama seperti di Natuna mulai dari peralatan, dokter ahli gizi, sanitasi, hingga psikolog.
"Fasilitas di Sebaru bisa menampung 250 orang. Tempatnya bagus dan besar. Untuk proses observasi, akan ada lebih dari 760 personel yang mendukung," tuturnya.
Lebih lanjut dia mengatakan sumber daya yang diperlukan untuk proses observasi di Pulau Sebaru Kecil sudah siap. Sumber daya tersebut dibawa menggunakan KRI Banda Aceh dari Komando Lintas Laut Militer.
Observasi di Pulau Sebaru Kecil akan dilaksanakan selama 14 hari sejak warga negara Indonesia anak buah kapal World Dream tiba di pulau tersebut. Selama dalam perjalanan di KRI dr Soeharso, mereka juga sudah akan mengalami pemeriksaan kesehatan karena kapal tersebut merupakan rumah sakit terapung.
Kementerian Kesehatan menyiapkan 39 tim ahli kesehatan untuk proses observasi WNI di Sebaru. Jumlah tersebut lebih banyak dari proses observasi sebelumnya di Natuna, Kepulauan Riau.
"Tim dokternya lebih banyak, kalau kemarin hanya 25 orang, kalau saat ini 39," ujar Kepala Pusat Krisis Kementerian Kesehatan, Budi Sylvana, di Dermaga Kolinlamil, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (26/2).
Tim dokter tersebut terdiri dari multidisiplin. Terdapat sejumlah dokter spesialis berbeda-beda, di antaranya spesialis penyakit dalam, spesialis kesehatan lingkungan, spesialis anestesi, spesialis paru, spesialis jiwa, spesialis psikologi, spesialis jantung, dan lain-lain.
"Kenapa begitu, karena Indonesia tidak mau kecolongan. Menteri (kesehatan) juga sudah berkali-kali mewanti ke kami jangan sampai kecolongan. Tugas kami yang di bawah untuk melakukan ini, maksudnya jauh lebih baik," kata dia.
Budi menjelaskan, secara umum perlakuan terhadap 188 WNI yang akan diobservasi di Pulau Sebaru tidak jauh berbeda dengan WNI yang diobservasi di Natuna. Tetapi, tim dokter dan pelayanan terhadap para ABK World Dream itu akan lebih komplet dan komprehensif.
"Kita tidak ingin ada kecolongan sehingga kita terus meningkatkan kewaspadaan. Standarnya terus dinaikkan. Karena dinamika di dunia sudah tidak sama dengan kemarin, sehingga layanan observasinya akan lebih komprehensif," terang Budi.
Pemeriksaan terhadap mereka akan dilakukan sedikit lebih banyak ketimbang WNI yang diobservasi di Natuna. Pemeriksaan itu dilakukan ketika mereka berpindah dari kapal ke kapal. Terhadap mereka akan dilakukan pemeriksaan mulai dari yang umum hingga ke kompleks.
"Sehingga kita ingin meyakinkan bahwa teman-teman WNI ini dalam kondisi sehat. Walaupun sehat nanti, tetap kita lakukan observasi. Karena itu untuk meyakinkan warga Indonesia bahwa mereka ini benar-benra sehat," jelasnya.
Sejumlah prajurit Korps Marinir berjalan usai Upacara Satgas Bantuan Kemanusiaan WNI di Pulau Sebaru di Mako Kolinlamil, Jakarta, Rabu (26/2/2020).
KRI Dr. Soeharso milik TNI AL, mulai melaksanakan operasi evakuasi sejak siang ini. Juru Bicara Presiden, Fadjroel Rachman, menyebutkan, pertemuan antara kapal TNI AL dan kapal World Dream dilakukan di Teluk Durian, Provinsi Kepulauan Riau pada Rabu (26/2) pukul 12.00 WIB.
"Proses evakuasi kemanusiaan dari kapal ke kapal ini akan berlangsung beberapa jam, kemudian KRI Dr Soeharso akan berlayar ke pulau transit observasi, Pulau Sebaru Kecil di Kepulauan Seribu, Jakarta. Transit observasi minimal berlangsung 14 hari di bawah pengawasan Kemenkes RI sesuai protokol WHO," jelas Fadjroel, Rabu (26/2).
Proses observasi selama 14 hari, ujar Fadjroel, memang mengikuti standar WHO. Kebijakan ini juga berlaku untuk WNI eks Provinsi Hubei, China yang juga sempat diobservasi di Natuna sejak awal Februari lalu. Cara serupa juga akan berlaku bagi WNI dari kapal pesiar Diamond Princess yang masih berlabuh di Yokohama, Jepang bila evakuasi terealisasi.
"Perlakuan sama terhadap WNI berlaku baik yang di Provinsi Hubei, kapal Diamond Princess, maupun yang berada kapal World Dream. Tidak ada seorang pun yang akan ditinggalkan pemerintah. Dan itu keputusan politik yang sudah diambil oleh Presiden Joko Widodo," kata Fadjroel.
Sementara itu, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto menyebutkan bahwa pemerintah memang menjalankan prinsip kehati-hatian dalam menjemput para WNI. Pemerintah, ujarnya, menghindari munculnya episentrum baru virus korona di Indonesia.
"Jangan kita terburu-buru ambil keputusan, menjadi episentrum baru. Harga yang dipertaruhkan terlalu mahal. Kita kan dari green zone, green zone itu bukan prestasi, tetapi itu anugerah. Kalau itu jadi red zone, coba, Italia kayak apa?" kata Terawan.
Menkes juga menjamin bahwa sebanyak 9 WNI yang dinyatakan pisitif virus korona di atas kapal Diamond Princess sudah dirawat dengan baik oleh otoritas kesehatan Jepang. Total, ada 78 WNI di atas kapal Diamond Princess yang menunggu keputusan evakuasi pemerintah.
Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Achmad Yurianto menerangkan, dahulu Pulau Sebaru Kecil merupakan tempat rehabilitasi narkoba. Bangunan tersebut sudah ada sejak 2008 yang diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Namun, hingga sekarang tempat tersebut tidak terpakai tetapi ada 10 orang yang merawat gedung tersebut.
Yurianto menambahkan bangunan tersebut berjumlah delapan tingkat. Di dalamnya semua terdapat 168 kamar. Di tempat tersebut juga terdapat sumber air yang dikelola secara baik. Lalu, tempat tersebut dipilih untuk dilakukan observasi WNI karena jauh dari permukiman. Tidak ada sama sekali masyarakat yang tinggal disana. Namun, hanya ada nelayan yang singgah sebentar setelah mencari ikan.
Pulau Sebaru Kecil akan menjadi wilayah Ring 1. Artinya hanya terdiri dari 188 WNI dan tim kesehatan dari Kemenkes, tim pendukung untuk kebersihan dan pengawasan yang akan berangkat menuju Pulau Sebaru Kecil pada (26/2). Lalu, Ring 2 ditempatkan di kapal yang akan menjadi pusat kendali administrasi untuk memantau pasokan logistik. Seperti makanan, bahan bakar minyak (BBM) dan genset yang dipakai untuk menghantarkan listrik di pulau tersebut.
“Hari Jumat (28/2) pada dini hari pukul 03.00 Kapal KRI dr. Soeharso akan tiba di Pulau Sebaru Kecil. Saat mereka turun di Pulau Sebaru Kecil akan dilakukan pemeriksaan ulang. Mudah-mudahan semuanya sehat ya,” kata dia.
Mencari Obat untuk Corona