REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio menjelaskan anggaran sebesar Rp 72 miliar untuk promosi wisata tidak hanya digunakan untuk membayar influencer. Ia mengatakan, anggaran tersebut juga dipakai untuk berbagai komponen lainnya yang dapat mendukung promosi pariwisata termasuk travel agent dan travel operator.
Menurut dia, promosi pariwisata ini ditargetkan untuk menarik wisatawan mancanegara ke destinasi wisata Indonesia yang saat ini tengah lesu akibat wabah virus corona.
"Ini lebih ke international market. Ini yang Rp72 miliar itu bukan untuk influencer aja, ada banyak komponen promosi. Jadi 72 itu untuk promosi, fam trip, untuk pengenalan destinasi wisata. Salah satunya, influencer," jelas dia di Kompleks Istana Presiden, Jakarta, Rabu (26/2).
Influencer yang akan digunakan nantinya berasal dari berbagai negara yang memiliki potensi tinggi menyumbang pariwisata Indonesia seperti Amerika, Eropa, Australia, Timur Tengah, dan juga India. Kendati demikian, belum diketahui berapa banyak influencer yang akan dilibatkan untuk mempromosikan pariwisata Indonesia.
"Saya belum hitung. Karena kita mesti tanya influencer-nya kan, misal kita pilih dari Amerika, kita cari influencer Amerika dong. Gitu dong. Masa kita mau pengaruhi market Amerika, tapi pakai influencer dari Indonesia. Kan gak ngaruh," ujar dia.
Pemerintah nantinya akan mempertimbangkan berbagai hal terlebih dahulu sebelum melibatkan influencer. Salah satunya yakni mempertimbangkan biaya promosi oleh influencer serta media yang digunakan oleh influencer tersebut.
"Misalnya si A, engagement-nya berapa, viewers nya berapa di YouTube atau Instagram. Nah dari gitu-gitu lah yang akan kita lihat. Yang paling bagus, akan kita approach," kata Wishnutama.
Wishnutama mengatakan program ini segera dilaksanakan pada Maret mendatang. Saat ini, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif masih menunggu anggaran dari Kementerian Keuangan.