Rabu 26 Feb 2020 17:49 WIB

Pemkot Surabaya Klaim Penurunan Hepatitis A

Penderita hepatitis A di 2019 1.109 orang, sebelumnya 1.372 orang

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Esthi Maharani
Hepatitis A
Foto: dok Republika
Hepatitis A

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, Febria Rachmanita mengaku, jumlah kasus hepatitis A di Surabaya mengalami penurunan setiap tahunnya. Pada  2018, jumlah warga Surabaya yang terkena hepatitis A sebanyak 1.372 orang. Kemudian menurun pada 2019 menjadi 1.109 orang.

“Dari data itu membuktikan bahwa penderita hepatitis A mengalami penurunan. Terbukti perbandingan di tahun 2018 dan 2019,” kata Febria di Surabaya, Rabu (26/2).

Febria menjelaskan, ada beberapa langkah pencegahan yang dilakukan agar terhindar dari virus penyebab hepatitis A. Pertama, menerapkan Perilaku Hidup Bersih (PHBS), yaitu dengan mencuci tangan menggunakan air mengalir dan memakai sabun, baik sebelum atau sesudah mengolah makanan.

Kedua, kata dia, selalu memasak makanan sampai matang dan merebus air sampai mendidih. Langkah berikutnya, lanjut Febria, hindari jajan di tempat yang kurang terjaga kebersihannya. Kemudian, hindari penggunaan barang pribadi seperti sikat gigi, handuk, dan peralatan makan secara bergantian.

Selain itu, kata Febria, hindari kontak langsung dengan penderita hepatitis A, dan selalu Buang Air Besar (BAB) pada jamban yang sehat. Febria juga mengimbau kepada masyarakat agar melakukan vaksin hepatitis A supaya terhindar dari virus tersebut.

"Kami juga mengimbau warga agar tidak mengunjungi daerah berisiko tinggi saat terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB),” ujar Febria.

Ketika ditemukan tanda dan gejala hepatitis A, Feny berharap, masyarakat segera berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat dan lapor ke Dinkes. Sehingga penyakit tersebut tidak menyebar ke masyarakat lainnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement