Rabu 26 Feb 2020 19:43 WIB

Susur Sungai SMPN 1 Turi Bukan Mitigasi Bencana

Susur sungai dalam rangka kegiatan pramuka tujuannya untuk pengenalan alam.

Rep: Wahyu Suryana / Red: Agus Yulianto
Petugas melakukan penyisiran lanjutan untuk mencari sejumlah anggota pramuka SMP N 1 Turi yang tenggelam di Kali Sempor, Pandowoharjo, Sleman, D.I Yogyakarta, Sabtu (22/2/2020). Saat ini tim gabungan berhasil menemukan sebanyak sembilan korban meninggal dunia yang hanyut terbawa arus aliran Sungai Sempor saat melakukan susur sungai pada Jumat (21/2/2020),
Foto: Antara
Petugas melakukan penyisiran lanjutan untuk mencari sejumlah anggota pramuka SMP N 1 Turi yang tenggelam di Kali Sempor, Pandowoharjo, Sleman, D.I Yogyakarta, Sabtu (22/2/2020). Saat ini tim gabungan berhasil menemukan sebanyak sembilan korban meninggal dunia yang hanyut terbawa arus aliran Sungai Sempor saat melakukan susur sungai pada Jumat (21/2/2020),

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Kegiatan susur sungai SMPN 1 Turi di Sungai Sempor berubah menjadi bencana ketika 249 siswa hanyut dan 10 siswa meninggal dunia. Tapi, ternyata kegiatan susur sungai yang dilakukan berbeda dengan susur sungai biasanya.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY, Biwara Yuswantana mengatakan, susur sungai yang dilaksanakan SMPN 1 Turi itu merupakan kegiatan pramuka. Tujuannya, dalam rangka pengenalan alam.

"Bukan kegiatan susur sungai dalam pengertian atau tujuan mitigasi bencana," kata Biwara kepada wartawan, Selasa (25/2).

Ia menekankan, susur sungai dalam konteks penanggulangan bencana atau mitigasi bencana harus dilakukan peserta-peserta yang sudah dewasa. Artinya, memang tidak boleh dilaksanakan anak-anak atau siswa-siswa sekolah.

Selain itu, Biwara menerangkan, susur sungai dalam rangka mitigasi bencana harus dilakukan orang-orang yang miliki kemampuan pengamanan di air. Bahkan, harus dilengkapi dengan alat pengaman diri dan alat lain yang dibutuhkan.

"Mohon informasi kejadian (susur sungai SMPN 1 Turi di Sungai Sempor) tidak menimbulkan trauma di kalangan anak," ujar Biwara.

Dia berharap, kegiatan-kegiatan pengenalan alam tetap dilaksanakan. Tapi, harus memperhatikan aspek-aspek keselamatan seperti cuaca. Lalu, harus memahami potensi ancaman atau resiko dari kegiatan untuk diantisipasi."Dan, ada pendamping yang kompeten," kata Biwara. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement