REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Era revolusi industri keempat yang lebih dikenal dengan istilah revolusi industri 4.0, berbagai tantangan yang dihadapi dan pencapaian ditorehkan dalam perjalanan Mandiri Amal Insani (MAI) Foundation. Terlebih untuk mengimplementasikan strategi yang menitik beratkan pada pengembangan layanan yang berbasis pada teknologi sensor, interkoneksi, dan analisa data yang mampu mengintegrasikan seluruh tekhnologi tersebut kedalam industri Zakat.
Dalam Public Expose 2020 yang mengusung tema “Sustainable Transformation for Philanthropy in Era 4.0” MAI Foundation melakukan strategi ‘Kemudahan Berzakat’. Strategi tersebut menitikberatkan kepada pemangku kepentingan (muzakki) agar mendapatkan layanan kemudahan dalam menunaikan zakat atau berdonasi dalam program-program MAI Foundation, selain itu juga sebagai upaya dalam meningkatkan kepercayaan Muzakki yang telah menyalurkan dana ZISWAF-nya bisa langsung memonitor segala kegiatan Penyaluran MAI Foundation melalui media sosial dan Website MAI Foundation agar tetap sustain.
“Aspek Teknologi Digital kami mulai mentransformasikan Berzakat di Era Digitalisasi secara perlahan, salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mengembangkan Layanan Zakat berbasis digital, dengan menghadirkan aplikasi Mandiri Online, Scanning Barcode, LinkAja, dan Landingpage/Crowdfunding dengan berbasis website,” papar Tedi Nurhikmat, Ketua MAI Foundation, dalam acara Paparan Public (Public Expose) yang bertempat di Rumah Makan Batik Kuring, SCBD, Jakarta Selatan pada Rabu(26/2).
Public Expose 2020 MAI Foundation mengusung tema “Sustainable Transformation for Philanthropy in Era 4.0”.
Tahun 2020 merupakan tahun keenam berdirinya MAI Foundation. Dimana, di tahun ke enam ini strategi Layanan Zakat berbasis digital telah di implementasikan secara perlahan dalam penghimpuna MAI Foundation. Berdasarkan indikator CAGR (Compound Annual Growth Rate) peningkatan penghimpunan pertahun MAI Foundation kurang lebih sebesar 23,58 persen. Pada tahun 2019 mengalami peningkatan sebesar empat persen dari tahun sebelumnya. Untuk donasi reguler (donasi ZISWAF yang disalurkan melalui pemotongan rekening langsung/Standing Instructions) tercatat selama tahun 2018 sampai dengan 2019 mengalami peningkatan sebesar 12 persen.
Selain peningkatan penghimpunan, pada tahun 2019 pendistribusian dan pendayagunaan MAI Foundation juga mengalami peningkatan sebesar 5 persen. Adapun untuk jumlah penerima manfaat dari program yang dimiliki oleh MAI Foundation mencapai 178.429 jiwa dengan jumlah sebaran sebanyak 31 persen di wilayah Jabodetabek, sedangkan lainnya berada di luar Jabodetabek dan luar negeri (Hong Kong, Myanmar, Malaysia).
Bukti sikap konsisten MAI Foundation dalam upaya pengembangan layananan kemudahan berzakat, pada tahun 2020 MAI Foundation telah berhasil mendapatkan sertifikasi ISO 9001:2015. Sertifikasi tersebut merupakan standar internasional untuk meningkatkan kualitas pelayanan, memberikan pelayanan secara konsisten, disiplin, berkualitas tinggi, serta tata kelola lembaga yang lebih baik lagi, seperti halnya Visi MAI Foundation sebagai lembaga Zakat yang modern, terpercaya, rahmatan lil ‘alamin.
“Kami meyakini, pengembangan teknologi untuk kemudahan berzakat menjadi peluang bagi MAI Foundation untuk mendorong program-program fundraising dan Landing agar mampu menjangkau semua elemen. Oleh karena itu, jika semua program dapat terlaksana dan didukung oleh banyak pihak termasuk lembaga zakat seperti MAI Foundation, maka tujuan memakmurkan dunia khususnya Indonesia akan tercapai,” ungkap Agus Dwi Handaya, Pembina MAI Foundation.
Selain aspek pengembangan teknologi kemudahan berzakat, pada public expose 2020 MAI Foundation juga resmi meluncurkan Sustainability Report (SR) Tahun 2019. Serta, serah terima Sustainability Report (SR) Tahun 2019 MAI Foundation kepada pemangku kepentingan diterima oleh Bapak Imam Nur Aziz dari Badan Wakaf Indonesia mewakili pemerintah, Bapak Rahmat Syukri (Direktur Keuangan InHealt) mewakili donatur, dan Bapak Edih mewakili penerima manfaat.