REPUBLIKA.CO.ID, MADINAH -- Pada saat Islam mulai berkembang di Makkah, berbagai gangguan kafir Quraisy kepada pemeluk Islam datang silih berganti. Namun demikian, hal itu tak menyurutkan niat orang-orang yang hatinya senantiasa dipenuhi hidayah Allah. Mereka tak takut dengan ancaman kafir Quraisy kendati harus menyerahkan nyawanya demi mempertahankan akidah dan keimanan kepada Allah.
Selain sahabat-sahabat Rasulullah yang berasal dari bangsa Arab, terdapat pula sejumlah sahabat yang berasal dari non-Arab (Ajam). Dalam buku Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah, disebutkan ada tiga orang sahabat yang berasal dari kalangan non-Arab. Mereka adalah:
Bilal bin Rabah
Nama lengkapnya adalah Bilal bin Rabah Al-Habasyi. Ia biasa dipanggil Abu Abdillah dan digelari Muadzdzin Ar-Rasul. Ia berpostur tubuh tinggi, kurus, warna kulitnya hitam, pelipisnya tipis, dan rambutnya lebat.
Ibunya adalah sahaya milik Umayyah bin Khalaf dari Bani Jumuh. Bilal menjadi budak mereka. Setelah mendengar Islam, ia menemui Nabi SAW dan mengikrarkan diri masuk Islam.
Umayyah bin Khalaf pernah menyiksanya dan menjemurnya di tengah gurun pasir selama beberapa hari. Di perutnya, diikat sebuah batu besar dan lehernya diikat dengan tali. Lalu, orang-orang kafir menyuruh anak-anak mereka untuk menyeretnya di antara perbukitan Makkah. Saat diseret, Bilal selalu mengucapkan ''Ahad'' dan menolak untuk mengingkari Allah.
Abu Bakar lalu memerdekakannya. Saat itu, Umar bin Khattab berujar, ''Abu Bakar adalah seorang pemimpin (sayyid) kami dan dia telah memerdekakan seorang pemimpin (sayyid) kami.''
Ia adalah muazin pertama dalam Islam sewaktu di Madinah karena ia memiliki suara yang cukup bagus. Pada saat pembebasan Kota Makkah, Rasulullah menyuruh Bilal untuk mengumandangkan azan di belakang Ka'bah. Azan itu adalah azan yang pertama dikumandangkan di Makkah.
Suatu hari, pada waktu Subuh, Rasulullah berkata kepada Bilal, ''Hai, Bilal, ceritakanlah kepadaku mengenai amalan yang menurutmu paling besar pahalanya yang pernah kamu kerjakan dalam Islam. Sesungguhnya, aku pernah mendengar suara jalanmu di hadapanku di surga.'' Bilal menjawab, ''Aku tidak pernah mengerjakan amalan yang menurutku besar pahalanya, tapi aku tidak wudhu pada waktu malam dan siang, melainkan aku menunaikan shalat yang diwajibkan bagiku untuk mengerjakannya.''