Rabu 26 Feb 2020 22:40 WIB

Situasi di Idlib Suriah Belum Reda, 3 Orang Meninggal

Ketegangan antara pasukan Suriah dan Turki masih meningkat.

Rep: Fergi Nadira B/ Red: Nashih Nashrullah
Pejalan kaki melintasi gedung yang hancui akibat serangan udara pasukan pemerintah di Kota Ariha, Provinsi Idlib Suriah, Rabu (15/1).
Foto: Ghaith Alsyayad/AP
Pejalan kaki melintasi gedung yang hancui akibat serangan udara pasukan pemerintah di Kota Ariha, Provinsi Idlib Suriah, Rabu (15/1).

REPUBLIKA.CO.ID, IDLIB – Situasi di Suriah hingga kini masih memanas. Pada Rabu (26/2), penembakan dan serangan udara oleh pasukan pemerintah Suriah dilaporkan telah menewaskan sedikitnya tiga orang.   

Insiden terbaru ini terjadi di Idlib dalam kekerasan selama beberapa hari terakhir. Serangan udara pada Rabu pagi waktu setempat terjadi di Desa Arnabeh yang dikuasai pemberontak. 

Baca Juga

Menurut aktivis dari Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berpusat di Inggris, Hadi Abdullah, serangan tersebut menewaskan tiga orang. 

Aktivis oposisi Suriah mengatakan, pasukan pemerintah menembaki konvoi militer Turki di jalan dekat desa Bara di Pakistan baratlaut, Rabu. Namun demikian, tidak ada data langsung tentang korban.  

Pada Selasa sebelumnya, pasukan Suriah menembak jatuh pesawat nirawak Turki di Idlib. Pihaknya mengatakan, mereka tengah melakukan misi pengintaian atas sebuah kota yang baru-baru ini dikuasai pasukan pemerintah. 

Pernyataan tentara Suriah mengatakan pasukan pemerintah menguasai puluhan desa. Desa-desa itu termasuk bekas benteng seperti Kafranbel, Has, Kfar Sajneh, dan al-Dar al-Kabira. 

Serangan terbaru oleh pasukan Suriah yang didukung Rusia ini sudah tentu dapat memperburuk krisis kemanusiaan di sana. 

Goncangan kekerasan oleh konflik dua kubu besar di Idlib telah membuat hampir satu juta orang kehilangan tempat tinggal dan menewaskan lebih dari 300 warga sipil sejak awal Desember. 

Kelompok Koordinasi Respons Suriah (sebuah kelompok bantuan yang beroperasi di barat laut negara itu) mengatakan, bahwa pasukan pemerintah telah menyerang sejumlah sasaran sipil dalam 24 jam terakhir sejak Selasa. 

Serangan termasuk terjadi di delapan sekolah, tiga pusat kesehatan, dan beberapa pemukiman di mana orang-orang yang terlantar akibat pertempuran, berlindung.

Kelompok Koordinasi Respons Suriah juga turut mengutuk diamnya komunitas internasional dalam melihat Idlib. Mereka menyebutnya sebagai "undangan terbuka" bagi pasukan pemerintah yang didukung Rusia untuk melanjutkan serangan mereka.

Kekerasan kali ini terjadi ketika delegasi Rusia dijadwalkan tiba di Turki pada Rabu malam. Delegasi itu rencananya akan melanjutkan pembicaraan yang bertujuan meredakan ketegangan di wilayah barat laut Idlib. 

Daerah itu adalah benteng terkontrol pemberontak terakhir. Namun, kampanye militer pemerintah Suriah yang didukung oleh Rusia, telah menciptakan bencana kemanusiaan dengan lebih dari 900 ribu orang mengungsi dari rumah mereka dalam hampir tiga bulan.

Turki dan Rusia mendukung kelompok yang saling berseberangan dalam konflik Suriah. Selama beberapa minggu terakhir Ankara mengirim ribuan pasukan Turki ke Idlib. Bentrokan antara pasukan Turki dan Suriah pun sejauh bulan ini telah menewaskan 16 tentara Turki.

Dalam fase kekerasan di Idlib, Seorang dokter di Idlib mengatakan dalam sebuah video yang dirilis Selasa malam bahwa kondisi medis memburuk di Idlib.

"Situasi medis semakin buruk," kata dokter Ihsan Eidi. Video ini dirilis organisasi amal, Islamic Relief Worldwide. Dokter mengatakan lebih dari 50 rumah sakit dan pusat kesehatan tidak beroperasi selama sembilan bulan terakhir karena kondisi yang semakin memburuk.

"Kami memiliki sedikit peralatan dan sebagian besar rusak oleh bom," kata dokter. Menurutnya, orang-orang terlantar dalam cuaca dingin, pemukiman tenda menjadi terlalu padat, sehingga membuat penyakit lebih mudah menyebar.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement