Kamis 27 Feb 2020 03:00 WIB

Mansyurudin, Santri Tunanetra yang Gigih Menghafal Alquran

Mansyurudin tetap berikhtiar untuk mejadi hambaNya yang bertakwa

Red: Agung Sasongko
Mansyurudin tetap berikhtiar untuk mejadi hambaNya yang bertakwa
Foto: DOk PPPA Daarul Quran.
Mansyurudin tetap berikhtiar untuk mejadi hambaNya yang bertakwa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Namanya Mansyurudin, seorang santri tunanetra di Rumah Tahfidz Nurul Qolbi, Tajur, Bogor. Sehari-hari ia bekerja sebagai tukang pijit keliling untuk menghidupi keluarganya.

Ia tinggal bersama kakak perempuan yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga dan bapaknya yang sudah lama sakit pernafasan, kondisinya pun lemah dan tidak bisa bekerja lagi. Sedangkan Ibunya sudah meniggal saat ia masih kecil.

Lelaki berusia 25 tahun itu tinggal di Gg. Tangkil, Rt 02/05, Kelurahan Sukaluyu, Kecamatan Tamansari, Bogor. Meski tinggal di rumah berdinding anyaman bambu dan lantai yang masih beralas tanah, Mansyurudin tetap semangat menjalani kehidupan.

Terkadang, saat hujan tiba ia sering khawatir karena dinding yang sudah usang nyaris roboh serta atapnya yang bocor. Tapi ia tetap sabar dan ikhlas menerima ujian tersebut.

"Kalau hujan turun saya gak bisa tidur, gimana bisa tidur nyenyak, sedangkan atap bocor di mana-mana, dinding rumah saya sudah hampir roboh. Saya pasrah aja, sambil baca sholawat, kadang baca sebisanya, berharap sama Allah semoga tidak terjadi apa-apa dengan saya, keluarga dan rumah saya," tuturnya.

Namun demikian, Mansyurudin tetap bersyukur karena Allah masih memberikannya kesempatan untuk menjadi tukang pijit. Harapannya, dari penghasilan menjadi tukang pijit itu dapat untuk memperbaiki rumahnya. Meskipun ia tahu, hasil dari memijit tidak seberapa. Terlebih di era digital seperti sekarang ini banyak langganannya yang beralih ke jasa pijit via online.

“Saya kepengen banget benerin rumah, tapi uang buat benerin belum ada, kerjaan saya tukang pijit, kakak saya juga sebagai pembantu, yang penting bisa buat makan sehari aja udah alhamdulillah. Sekarang orderan sepi semenjak ada jasa online, dulu mah ada aja setiap hari," ujarnya.

Dalam keterbatasannya itu, Mansyurudin tetap berikhtiar untuk mejadi hambaNya yang bertakwa yaitu dengan menghafal Al-Qur’an. Uang hasil memijit ia gunakan untuk makan sehari-hari dan jika ada lebih dipakai untuk ongkos ngaji ke Rumah Tahfidz Nurul Qolbi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement