Kamis 27 Feb 2020 08:10 WIB

WHO Ingatkan Istilah Pandemi tidak Dipakai Serampangan

Terkait kasus corona, WHO ingatkan istilah pandemi tak dipakai secara serampangan.

Rep: Lintar Satria/ Red: Reiny Dwinanda
Ilustrasi penyebaran virus corona tipe baru, Covid-19. WHO mengingatkan agar istilah pandemi tak digunakan serampangan, termasuk untuk kasus Covid-19.
Foto: MgIT03
Ilustrasi penyebaran virus corona tipe baru, Covid-19. WHO mengingatkan agar istilah pandemi tak digunakan serampangan, termasuk untuk kasus Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Organisasi kesehatan dunia (WHO) mengingatkan bahwa istilah "pandemi" tak bisa disematkan serampangan. Istilah yang menggambarkan penyebaran penyakit baru di seluruh dunia itu belum dilekatkan pada wabah penyakit akibat infeksi virus corona tipe baru, Covid-19.

Pada Rabu, sejumlah negara mengonfirmasikan temuan kasus positif corona, di antaranya Aljazair, Yunani, Brasil, Norwegia, dan Georgia. Di pusat wabah, China, ada 411 kasus virus corona baru pada Selasa. Angka itu lebih sedikit dibandingkan laporan dari 37 negara lain yang sebanyak 427 kasus.

Baca Juga

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pun menyarankan agar diplomat-diplomat di Jenewa tidak berbicara tentang pandemi. Menurutnya, definisi pandemi belum terpenuhi untuk kasus corona.

"Tidak ada manfaat nyata dari menggunakan kata pandemi secara serampangan, karena itu berrisiko signifikan terhadap memperbesar ketakutan dan kehawatiran dan stigma yang tidak perlu dan tidak dapat dibenarkan, serta melumpuhkan sistem," katanya Kamis (27/2).

 

Tedros mengatakan, istilah pandemi memberi sinyal virus itu tidak dapat dibendung lagi. Padahal, menurutnya, hal tersebut tidak benar.

"Pikirkan virus ini muncul besok, jika Anda tidak berpikir seperti itu, Anda tidak akan siap, ini epidemi yang meningkat secara cepat di berbagai tempat yang harus kami atasi dengan sangat cepat untuk mencegah pandemi," kata Kepala misi gabungan WHO-China Dr Bruce Aylward. 

Pejabat dari Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) Amerika Serikat mengatakan, penyebaran virus Covid-19 di seluruh dunia meningkatkan kekhawatiran akan risiko merebaknya penyakit infeksi saluran pernapasan itu di AS. Belum diketahui kapan hal itu terjadi atau jika terjadi akan seberapa parah dampaknya bagi AS.

Sementara itu, Jerman yang saat ini memiliki 20 kasus virus korona mengatakan, mereka mulai menuju epidemi virus corona karena tidak dapat melacak jalur penularan untuk semua kasus. Apalagi, jumlah kasus penularan di luar China terus meningkat.

Jerman mengatakan, sudah tidak mungkin lagi melacak rantai penularan Covid-19. Pada Rabu (26/2), Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn meminta pihak berwenang regional, rumah sakit, dan pengusaha untuk meninjau rencana masing-masing dalam mengantisipasi pandemi.

Komisi Kesehatan Nasional China mengatakan, jumlah kasus baru pada Rabu (26/2) ada 406 kasus. Total jumlah kasus yang terjadi di China daratan hingga saat ini menjadi 78.064 kasus.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement