Kamis 27 Feb 2020 08:32 WIB

Dinkes: Terlalu Berlebihan Kalau ke Mana-Mana Pakai Masker

Dinkes Bali menyebut terlalu berlebihan kalau masyarakat ke mana-mana pakai masker.

Red: Reiny Dwinanda
Wisatawan menikmati pemandangan di area objek wisata Tanah Lot, Tabanan, Bali, Ahad (16/2). Dinkes Bali menyebut terlalu berlebihan kalau masyarakat  ke mana-mana pakai masker.
Foto: Antara/Nyoman Hendra Wibowo
Wisatawan menikmati pemandangan di area objek wisata Tanah Lot, Tabanan, Bali, Ahad (16/2). Dinkes Bali menyebut terlalu berlebihan kalau masyarakat ke mana-mana pakai masker.

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Bali, dr Ketut Suarjaya, meminta masyarakat untuk tidak khawatir berlebihan menyikapi wabah penyakit akibat infeksi virus Covid-19 yang terjadi di China dan sejumlah negara lain. Ia menyatakan, masyarakat di Pulau Dewata tak perlu sampai mengenakan masker saat bepergian.

"Terlalu berlebihan kalau orang yang sehat, tetapi pakai masker ke mana-mana. Fungsi masker yang utama itu untuk melindungi diri dari infeksi kuman," kata dia di Denpasar, Rabu.

Baca Juga

Suarjaya mengaku, pihaknya banyak mendapat laporan adanya kelangkaan masker atau stok masker yang habis di sejumlah apotek di Kota Denpasar karena diburu masyarakat. Ia mengingatkan, tak semua orang membutuhkan masker.

"Kalau saat bekerja di kantor dan di tempat kerja tidak ada orang yang sakitnya menular, ya kan tidak perlu pakai masker. Jikapun ada yang sakit, yang sakitlah yang memakai masker. Apalagi saat jalan-jalan ke mal, ya juga tidak perlu pakai masker," jelasnya.

Masker, menurut Suarjaya, diperlukan ketika mengunjungi orang yang sedang dirawat di rumah sakit akibat terinfeksi penyakit menular. Andaikan hanya menjenguk pasien diabetes, masker tidak diperlukan.

"Apalagi kalau hanya pergi ke lobi atau poliklinik," jelasnya.

Suarjaya mengatakan hendaknya masker digunakan tepat waktu dan pada tempat yang tepat. Ia menjelaskan bahwa Bali saat ini tak memiliki kasus Covid-19.

"Jadi, jangan ramai-ramai memakai masker kemana-mana, karena kesannya malah menimbulkan kekhawatiran," ucapnya.

Di lain sisi, Suarjaya mengingatkan para pemilik apotek tidak mencari kesempatan dengan kondisi tingginya permintaan masker dari masyarakat. Ia tak ingin apotek menimbun masker untuk kemudian dijual dengan harga berlipat ganda.

"Jangan sampai apotek menyimpan stok, lalu ketika ada yang membeli dikatakan habis. Jangan malah sengaja disimpan, lalu dijual dengan harga tidak wajar. Kalau sampai ada yang seperti itu, tentu akan kami berikan sanksi," terangnya.

Persediaan masker di fasilitas kesehatan, menurut Suarjaya, jumlahnya mencukupi. Selain itu, Dinas Kesehatan juga memiliki stok 300 ribu masker yang akan dibagikan jika dalam kondisi gawat darurat, seperti saat erupsi Gunung Agung.

"Untuk saat ini, tentu tidak akan kami bagikan karena kondisi masih aman-aman saja. Mudah-mudahan seterusnya Bali bisa terhindar dari virus Covid-19," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement