Kamis 27 Feb 2020 10:26 WIB

Keputusan Saudi Larang Izin Umroh Harus Dihormati

Saudi dinilai memiliki perhatian besar terhadap kesehatan jamaah umrah.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Indira Rezkisari
Sebanyak tujuh juta jamaah umrah masuk ke Arab Saudi tiap tahunnya. Mulai Kamis (27/2), Saudi menghentikan sementara izin umrah sebagai langkah meminimalisir penyebaran virus corona jenis baru Covid-19.
Foto: Republika/Syahruddin El-Fikri
Sebanyak tujuh juta jamaah umrah masuk ke Arab Saudi tiap tahunnya. Mulai Kamis (27/2), Saudi menghentikan sementara izin umrah sebagai langkah meminimalisir penyebaran virus corona jenis baru Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan RI mengajak semua pihak menghormati keputusan Pemerintah Arab Saudi menunda sementara kedatangan jamaah umrah. Penundaan tersebut sebagai upaya pemerintah Saudi mencegah virus Corona.

"Adanya penundaan sementara (suspend) penerimaan jamaah umrah ke Saudi, pada prinsipnya merupakan kewenangan Negara Arab Saudi, yang perlu disikapi dengan bijak," kata Kepala Pusat Kesehatan Haji Eka Jusup Singka, saat dihubungi, Kamis (27/2).

Baca Juga

Eka mengatakan, penundaan tersebut pada prinsipnya untuk melakukan pencegahan terhadap bahaya penularan Corona. Ia mengajak mendukung kebijakan Saudi.

"Ini menandakan bahwa Saudi benar-benar memiliki perhatian yang besar terhadap masalah kesehatan," katanya.

Menurut Eka, penundaan dilakukan demi kepentingan semua pihak dan untuk semua manusia secara internasional menuju Timur Tengah. Eka yakin jamaah tidak akan kecewa jika pihak-pihak terkait memberikan pemahaman, bahwa kebijakan Saudi ini demi keselamatan jamaah.

"Insya Allah jamaah tidak akan marah, jika diberikan pemahaman yang baik. Kita juga tidak mau kalau ada jamaah umrah kita tertular di sana," katanya.

Media Arab Saudi, Arab News, Kamis (27/2) melaporkan, Kementerian Luar Negeri Arab Saudi menyatakan bahwa kebijakan penangguhan tersebut tidak hanya untuk calon jamaah umrah, tapi juga berlaku bagi mereka yang ingin mengunjungi Masjid Nabawi di Madinah.

Virus corona baru, yang secara resmi dikenal sebagai Covid-19, telah membunyikan peringatan global. China, pusat penyebaran wabah, melaporkan lebih dari 2.700 kematian dan para pakar kesehatan bekerja keras untuk menemukan obatnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement