Kamis 27 Feb 2020 12:08 WIB

Nasdem Nilai tak Tepat Bicarakan Pilpres 2024

Pimpinan maupun pengurus partai yang jadi pejabat diminta fokus ke pekerjaannya dulu.

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Teguh Firmansyah
Survei Indobarometer yang dipresentasikan oleh Direktur Indobarometer, M Qodari di Senayan, Jakarta Pusat, Ahad (23/2).
Foto: Republika/Arif Satrio Nugroho
Survei Indobarometer yang dipresentasikan oleh Direktur Indobarometer, M Qodari di Senayan, Jakarta Pusat, Ahad (23/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Sejumlah survei menempatkan Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto sebagai sosok dengan elektabilitas tertinggi dalam pertarungan pemilihan presiden (Pilpres) 2024.

Namun Partai Nasdem menganggap pembicaraan mengenai kontestasi itu terlalu cepat dibicarakan saat ini. "Ya rasanya mungkin akan lebih bagus kalau kita bicarakan tiga tahun yang akan datang," ujar Ketua Fraksi Partai Nasdem di DPR, Ahmad Ali di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (27/2).

Baca Juga

Ia meminta agar pimpinan dan pengurus partai untuk lebih memikirkan pekerjaannya terlebih dahulu. Baik yang menjadi menteri atau anggota DPR, agar kerjanya tak terganggu oleh hasil survei. "Masih 4,5 tahun kemudian masih jangan dulu kita bicara itu, supaya semua fokus untuk menbangun negara dulu," ujar Ahmad.

Selain itu, ia meminta partai untuk tak terlalu meributkan hasil survei untuk Pemilu atau Pilpres 2024. Pasalnya, situasi politik Indonesia ke depan dapat berubah sewaktu-waktu.

"Jadi ayo kita isi produktivitas ini dengan hal yang lebih produktif, karena rakyat hari ini membutuhkan menunggu apa yang dilakukan mereka-mereka," ujar Ahmad.

Meski begitu, Partai Nasdem tak menutup peluang untuk berkoalisi dengan partai manapun, termasuk dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang tegas mengambil sikap sebagai oposisi.

"Sepanjang itu untuk kepentingan bangsa dan negara siapapun kita pasti akan berkoalisi. Termasuk dengan PKS, termasuk dengan Gerindra, PDIP," ujar Ahmad.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement