REPUBLIKA.CO.ID, SUBANG -- Bencana banjir melanda sebagian wilayah di Kabupaten Subang. Hingga hari keempat pada Kamis (27/2) ini, puluhan desa di 12 kecamatan masih terendam banjir.
Kepala Seksi Kedaruratan Logistik BPBD Kabupaten Subang Darmono Indra mengatakan berdasarkan data yang dihimpun posko penanggulangan bencana di hingga Kamis (27/2) siang, banjir makin meluas.
Sebelumnya tercatat banjir di Kabupaten Subang melanda delapan kecamatan. Namun hingga hari ini 12 kecamatan terpantau terdampak banjir.
“Data terakhir 12 kecamatan masih banjir. Soalnya Ciasem juga terkena luapan kali Ciasem dan intensitas hujan dari hulu kali besar,” kata Darmono saat dikonfirmasi Republika, Kamis (27/2).
Ia menyebutkan 12 kecamatan tersebut yakni Sukasari, Pamanukan, Legon kulon Tambakdahan, Binong. Kemudian banjir juga terjadi di Kecamatan Pagaden, Purwadadi, Pusakanegara, Pusakajaya, Compreng, Ciasem serta Blanakan.
Kecamatan Pamanukan menjadi wilayah terdampak banjir yang paling parah dengan ketinggian berkisar 20-150 sentimeter. Menurutnya berdasarkan data petugas, 3.131 KK denfan jumlah jiwa 8.582 orang terpaksa mengungsi ke tempat lebih aman.
Mengingat genangan air masih belum surut dan dikhawatirkan meninggi karena curah hujan yang masih tinggi. “14 ribu rumah terendam dan 8.149 hektare sawah terdampak banjir,” ujarnya.
Ia menambahkan warga mengungsi ke lokasi yang lebih aman. Di antaranya tempat pengungsian di bawah flyover, masjid, balai desa, GOR, hingga pondok pesantren. Selama banjir, kata dia, petugas dengan sigap dan siaga membantu mengevakuasi dan menyalurkan bantuan logistik kepada warga terdampak. Mulai dari makanan minuman, kebutuhan bayi, selimut, dan pakaian.
Sementara itu, Kepala BPBD Kabupaten Subang Hidayat mengatakan banjir terjadi dikarenakan luapan sungai yang mengalir di wilayah Subang. Sungai-sungai ini kebanyakan mengalami pendangkalan dan penyempitan.
“Tiga kali yang besar yang induk yang melewati Subang dari hulu ke arah utara yaitu Kali (Sungai) Cilamaya, Ciasem dan Cipunagara. Kali ini kita maklumi sudah dangkal dan sudah menyempit,” kata Hidayat.
Hidayat mengatakan pendangkalan sungai diakibatkan sedimentasi baik dari sampah dan lumpur. Ini terbawa aliran air dari hulu sehingga membuat kondisi sungai di Subang memerlukan normalisasi. Menurutnya ketika daerah hulu hujan deras, maka wilayah Subang akan terkena imbasnya.
Air tidak tertampung di sungai dan meluap ke pemukiman warga masyarakat sekitar. “Sampah juga memang mengalir ke hilir. Justru resapan semakin berkurang sebagaimana kita maklum. Resapan air tidak banyak,” ujarnya.
Oleh karena itu, kata dia, sungai-sungai di Subang sudah sangat perlu dinormaliasi. Apalagi normalisasi terakhir dilakukan pada 2014 lalu. “Normalisasi sudah lama dari 2014. Memang terbatasnya kewenangan dan pembiayaan,” ucapnya.