REPUBLIKA.CO.ID, LUBUKBASUNG -- Sekitar 10 ton ikan keramba jenis nila di Danau Maninjau, Kecamatan Tanjungraya, Kabupaten Agam, Sumatra Barat, mati setelah angin kencang melanda daerah itu. Ikan mati dengan kondisi siap panen itu berada di Muaro Pauh, Jorong Batuang Panjang, Nagari Sungai Batang, Kecamatan Tanjungraya.
"Ikan ini mati semenjak Selasa (25/2), setelah angin kencang melanda daerah itu pada Kamis (20/2)," kata Kepala Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Agam, Ermanto, di Lubukbasung, Kamis.
Ermanto mengatakan, ikan itu berasal dari belasan keramba jaring apung milik 12 petani atas nama Asbal sebanyak dua ton, Afis 500 kilogram, Udin satu ton, dan Abeng satu ton. Selain itu, ikan milik Nunuk mati satu ton, Pamuncak 500 kilogram, Fauzi satu ton, Riki 500 kilogram, Sutan Sulaiman 500 kilogram, Yardi 500 kilogram, Sirul 500 kilogram, dan Yamaris 500 kilogram.
"Petani mengalami kerugian sekitar Rp 260 juta akibat kejadian itu, karena harga ikan di tingkat petani Rp 26 ribu per kilogram," katanya.
Ermanto mengatakan, petani keramba jaring apung membuang bangkai ikan ke dalam danau vulkanik itu. Dengan kondisi itu, air sungai menjadi tercemar dan mengeluarkan bauk tidak sedap.
"Kami telah mengimbau petani agar mengumpulkan bangkai ikan dan mengubur agar air tidak mencemari danau," katanya.
Ermanto mengungkapkan, kematian ikan ini merupakan yang ketiga kalinya selama Januari-Februari 2020, karena sebelumnya kematian massal juga terjadi di Galapuang, Nagari Tanjung Sani sebanyak 10 ton pada 29 Januari 2020. Pada 5 Februari 2020, kematian ikan kembali terjadi di Linggai, Nagari Duo Koto sebanyak 63 ton.
Untuk itu, pihaknya mengimbau petani untuk memanen ikan yang siap panen dan tidak menebar bibit ikan agar tidak terjadi kematian massal. Ia mengingatkan, angin kencang masih berpotensi melanda daerah tersebut.