Jumat 28 Feb 2020 05:15 WIB

Anies: TIM Dikelola BUMD Agar Miliki Kelenturan Anggaran

Kegiatan seni sangat sulit untuk dikelola dengan pendekatan birokratik

Pekerja beraktivitas di lokasi proyek revitalisasi kawasan Taman Ismail Marzuki (TIM) di Jakarta, Jumat (7/2).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Pekerja beraktivitas di lokasi proyek revitalisasi kawasan Taman Ismail Marzuki (TIM) di Jakarta, Jumat (7/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan pengelolaan sarana dan prasarana di Taman Ismail Marzuki (TIM) oleh Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yakni Jakarta Propertindo (Jakpro) agar memiliki kelenturan penganggaran.

Hal itu karena karya seni dan kegiatan seni itu sangat sulit sekali untuk dikelola dengan pendekatan birokratik seperti harus mengikuti prosedur operasional standar (SOP) yang tetap yakni prosedur pengadaan.

"Di pemerintahan itu, beli mic saja harus ikuti prosedur pengadaan, ada satuan umumnya. Seni yang penuh kreativitas dan inovasi kan tidak bisa seperti itu. Karenanya kami tugaskan ini pada format badan usaha supaya punya kelenturan fleksibilitas tapi tetap akuntabel karena BUMD juga akan diperiksa oleh badan pemeriksa," kata Anies di Kompleks DPR RI, Jakarta, Kamis (27/2).

TIM sendiri, kata Anies, saat ini sedang dilakukan revitalisasi dengan tujuan jadi tempat panggung seni budaya bagi seniman dan budayawan Indonesia di gelanggang dunia.

"Rancangannya, termasuk fasilitasnya setara dengan pusat budaya dan kesenian terbaik dunia. Kami ingin agar karya anak bangsa bisa mendunia," kata Anies.

TIM yang diduga akan dikomersialisasi oleh para seniman, diyakinkan olah Anies tidak seperti itu, meski pengelola sarananya merupakan BUMD berlabel PT.

"Pemerintah itu miliki dua tangan dalam melayani masyarakat, kalau pusat itu ada kementerian, badan, lembaga sebagai tangan pertama dan BUMN sebagai tangan kedua. Pun demikian di daerah yakni SKPD dan BUMD, keduanya bukan untuk mencari keuntungan tapi memainkan peran pembangunan. Beda dengan swasta maka harus cari keuntungan," ucapnya.

Meski ada hotel atau tempat menginap, Anies tetap menekankan itu bukanlah untuk tujuan komersialisasi karena TIM diproyeksi menjadi tempat berkumpulnya seniman dari berbagai tempat di Indonesia dan internasional.

"Sehingga dalam menggelar kegiatan di Jakarta, tentu para seniman perlu tempat nginap, tinggal pilihannya mau di dalam TIM atau di luar, kami lihat ini sebagai ekosistem sehingga seniman bisa berinteraksi terus 24 jam. Itu sebabnya kita buat wisma seni untuk seniman. Nanti mereka tinggal di situ, berinteraksi lengkap dan satu catatan karena ini fasilitas negara untuk seniman tumbuh berkembang, TIM gak dijadikan tempat untuk cari keuntungan. Pemprov kalau mau kejar pendapatan bukan dengan bangun hotel, tapi dengan pajak untuk hotel," katanya.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement