Kamis 27 Feb 2020 23:45 WIB

PM Pakistan Desak Dunia Internasional Bantu Muslim India

PM Pakistan menilai India tak mampu melindungi minoritas Muslim.

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Nashih Nashrullah
Warga muslim meninggalkan lingkungan rumahnya yang mayoritas warga Hindu pascabentrok massa pendukung dan penentang UU Kewarganegaraan India berujung rusuh di New Delhi, India.
Foto: Adnan Abidi/Reuters
Warga muslim meninggalkan lingkungan rumahnya yang mayoritas warga Hindu pascabentrok massa pendukung dan penentang UU Kewarganegaraan India berujung rusuh di New Delhi, India.

REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD – Perdana Menteri Pakistan Imran Khan membuat cuitan di akun twitternya untuk meminta komunitas internasional campur tangan dalam masalah kekerasan yang dihadapi Muslim di India. 

"Jam malam di Jammu dan Kashmir adalah awal dari "pertumpahan darah" di India, dan sekarang semua 20 juta Muslim di India menjadi sasaran. Populasi Muslim India tidak lebih dari 20 juta orang," cuitan dia.  

Baca Juga

Dilansir di scrool.in, Rabu (26/2), Khan mengklaim bahwa Muslim India menjadi sasaran dan prediksi sebelumnya tentang pertumpahan darah di India terbukti benar. 

Dalam pidatonya di Majelis Umum PBB tahun lalu, Khan menuduh bahwa India telah mengunci delapan juta Muslim di Jammu dan Kashmir. Dia telah memperingatkan perang nuklir antara India dan Pakistan dan mengecam Rashtriya Swayamsevak Sangh karena "ideologi mirip Nazi".

Perdana menteri Pakistan memperingatkan bahwa siapa pun yang menyerang minoritas di negaranya akan menghadapi tindakan tegas. 

"Saya ingin memperingatkan orang-orang kami bahwa siapa pun di Pakistan yang menargetkan warga non-Muslim kami atau tempat ibadah mereka akan ditangani secara ketat," kata Khan. Minoritas kita adalah warga negara yang setara di negara ini," jelas dia.

Setidaknya 24 lebih orang meninggal dunia sejauh ini dalam bentrokan keras antara pendukung dan penentang UU Amendemen Kewarganegaraan di distrik North East Delhi. 

 

 

 

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement