REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Terdapat tahapan-tahapan yang mesti dilalui seorang hamba yang bersungguh-sungguh ingin mencapai ridha Allah SWT.
Kitab Minhaj Al Abidin memaparkan tips meraih kesempurnaan ibadah. Jumlah tahapan yang dijelaskan sebanyak tujuh tahapan, yaitu pertama: tahap ilmu dan makrifat; kedua, tahap taubat; ketiga, tahap godaan; keempat, tahap kendala-kendala di jalan ibadah; kelima, tahap dorongan dan motivasi; keenam, tahap menghindari faktor-faktor pengrusak ibadah; dan ketujuh, tahap pujian dan syukur.
Jika diformulasikan ulang sesuai dengan sistem manajemen modern, ketujuh tahapan itu tercakup dalam prinsip SWOT (strength/kekuatan, weakness/kelemahan, opportunity/kesempatan, dan threat/tantangan). Kajian tentang hal ini pernah pula ditulis Ismail Zubir dan dipublikasikan dalam blog pribadinya.
Pertama, kekuatan. Kekuatan dalam ibadah sebagaimana dipaparkan Al Ghazali dalam Minhaj Al ’Abidin terletak pada ilmu dan makrifat, serta harus ada dorongan dan motivasi. Sang Hujjatul Islam, Al Ghazali meletakkan ilmu di awal pembahasan bukunya dengan landasan hadis Nabi SAW, "Ilmu itu pemimpin bagi amal, dan amal adalah pengikutnya."
Hanya dengan ilmu, kata Al Ghazali, ibadah dapat dipraktikkan dengan benar. Dan, ilmu-ilmu yang perlu dikuasai seorang hamba, antara lain adalah ilmu tauhid, ilmu sirri (rahasia ibadah), dan ilmu syariat.
Di samping harus memiliki ilmu, seorang hamba juga harus memiliki dorongan dan motivasi ibadah. Dorongan dan motivasi yang dimaksud Al Ghazali adalah rasa takut (khauf) dan harapan (raja').
Rasa takut mencegah seseorang dari perbuatan maksiat. Sedangkan harapan menumbuhkan optimisme dalam menghadapi segala kesusahan hidup.