REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES — Seorang perempuan asal Kalifornia yang dirawat di University of California Davis Medical Center terkonfirmasi sebagai kasus pertama dugaan penyebaran Covid-19 antarmanusia di Amerika Serikat. Butuh berhari-hari untuk sampai pada kesimpulan tersebut.
Perempuan itu baru mendapatkan pemeriksaan medis terkait dugaan infeksi virus corona itu setelah lima hari dirawat. Tes itu tak segera dilakukan lantaran sang pasien tak memiliki riwayat perjalanan ke daerah atau wilayah yang terkena wabah virus corona tipe baru tersebut.
Fakta ini memunculkan pertanyaan mengenai kemungkinan kasus serupa lainnya luput terdiagnosis di AS. Kasus virus corona yang melibatkan pasien dari Kalifornia itu juga muncul ketika di negara bagian AS tersebut melakukan pemantauan untuk sekitar 8.400 orang yang kemungkinan terinfeksi.
Pasien perempuan yang positif virus corona itu mulai masuk University of California Davis Medical Center pada 19 Februari. Dia segera dipasangi ventilator untuk membantu mengatasi masalah pernapasannya.
Pada hari yang sama, dokter meminta sampel untuk uji virus corona kepada otoritas federal. Ironisnya, permintaan itu tidak digubris hingga 23 Februari, saat kondisi perempuan itu memburuk dan muncul desakan agar pasien benar-benar dites corona.
Tiga hari kemudian, hasil tes keluar. Tes laboratorium menunjukkan bahwa pasien itu positif terinfeksi virus corona. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) pun menyatakan ini sebagai kasus pertama penularan Covid-19 antarmanusia di AS.
Ini berarti, sumber infeksinya tidak diketahui dan pertanda bahwa patogen tidak lagi bisa dibendung. Andaikan terkonfirmasikan, perkembangan tersebut menjadi tantangan baru yang lebih rumit dalam pertempuran melawan Covid-19 di AS.
“Rekomendasinya ialah pemeriksaan Covid-19 harus diberikan saat seorang dokter atau individu kesehatan masyarakat mencurigai adanya infeksi virus corona. Itulah pedoman saat ini,” ujar direktur CDC Robert Redfield, dilansir Malay Mail, Jumat (28/2).
Menurut Redfield, salah satu hal yang membuat virus corona jenis baru sulit dikenali adalah orang terinfeksi bisa saja tidak menunjukkan gejala dan menyebarkannya. Selain itu, mereka juga mungkin hanya memiliki gejala ringan, seperti tenggorokan gatal atau batuk kering.
Brian Garibaldi, seorang ahli kesehatan masyarakat di Rumah Sakit Johns Hopkins di Maryland, memprediksi, jumlah kasus virus corona yang sedang diuji di AS meningkat sebagai hasil dari diberlakukannya pedoman baru. Berbicara dalam konferensi pers sebelumnya di Kalifornia, Gubernur Gavin Newsom mengatakan, para pelancong yang datang dari daerah yang terkena dampak sedang dipantau.
Newsom berusaha meyakinkan publik bahwa risiko tertular virus tetap rendah. Ia mengatakan, pihaknya terus bekerja sama dengan CDC dalam memprioritaskan pengembangan metode pengujian yang lebih andal. Ia mengungkapkan bahwa Kalifornia memiliki 200 alat uji dan telah meminta tambahan dari pemerintah federal.
"Kami tidak bereaksi berlebihan, tetapi kami juga tidak menyepelekan kecemasan yang dapat dimaklumi," ujar Newsom.
Secara keseluruhan, ada 61 kasus virus corona di AS, termasuk di antaranya 46 orang yang dipulangkan dari luar negeri. Lebih dari 80 ribu orang telah terinfeksi di seluruh dunia dan 2.800 telah meninggal, yang terjadi sebagian besar di China.
Virus corona jenis baru atau dinamakan secara resmi Covid-19 oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) ditemukan pertama kali pada Desember 2019 di Wuhan, Ibu Kota Provinsi Hubei, China. Pada awalnya, orang-orang yang terinfeksi diduga terpapar virus dari hewan liar, salah satunya kelelawar buah, yang juga dijajakan di pasar makanan laut Huanan.
Covid-19 yang berasal dari keluarga virus corona yang sama dengan beberapa wabah lainnya menjadi lebih mematikan dengan tingkat penyebaran yang cepat. Saat wabah SARS (sindrom pernapasan akut parah) terjadi pada 2002-2003, sebanyak 774 orang meninggal, sementara MERS yang mewabah sejak 2012 tercatat sedikitnya 828 jiwa melayang.
Sementara itu, flu yang berasal dari keluarga virus berbeda yang memiliki tingkat kematian sekitar 0,1 persen juga bisa lebih mematikan. Hal itu karena jutaan orang bisa terkena flu setiap tahunnya di seluruh dunia dan menyebabkan jumlah kematian per tahun mencapai ratusan ribu.
Seperti SARS, Covid-19 memiliki potensi lebih mematikan bagi orang yang lebih tua, terutama mereka yang memiliki penyakit kronis, seperti penyakit jantung atau paru. Meski di antara orang yang lebih muda jarang terjadi kematian, tetapi tetap harus diwaspadai.
Dokter berusia 34 tahun di China meninggal akibat infeksi virus corona baru ini. Ia adalah orang yang mengetahui wabah sejak awal dan memberi peringatan, namun justru mendapat teguran dari pemerintah negara itu.