Jumat 28 Feb 2020 14:55 WIB

Ketua DPP PAN Ungkap Kelemahan Partai Islam

Din Syamsuddin mengusulkan adanya satu partai poliitik Islam tunggal.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
Di KUII, Ketua DPP PAN Ungkap Kelemahan Partai Islam. Foto: Ketua DPP PAN Ali Taher Parasong
Foto: Republika TV/Havid Al Vizki
Di KUII, Ketua DPP PAN Ungkap Kelemahan Partai Islam. Foto: Ketua DPP PAN Ali Taher Parasong

REPUBLIKA.CO.ID, PANGKAL PINANG -- Ketua DPP PAN, Ali Taher Parasong menghadiri acara silaturrahim dan tukar pikiran dengan partai-partai politik di Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) ke-VII di Hotel Novotel, Bangka Belitung pada Kamis (27/2) malam. Usai acara silaturrahim dengan peserta KUII, Politisi PAN ini mengungkapkan kelemahan partai-partai Islam.

 

Baca Juga

Ali mengatakan, salah satu kelemahan umat Islam dalam memperjuangkan kemenangan politik adalah tidak memiliki mapping yang cukup. Politik perlu mapping kekuatan demografi, jumlah penduduk dan sebarannya serta basis umat Islam di Indonesia. 

"Mapping itu hampir rata-rata partai politik yang berbasis Islam itu tidak punya, sehingga ketika memperebutkan apa yang disebut dengan basis masa itu kita (hanya) berasumsi jadi tidak fokus," kata Ali kepada Republika di KUII, Kamis (27/2) tengah malam.

Ia menyampaikan, partai berbasis Islam juga tidak mempunyai calon, sosok dan figur yang tangguh di dunia politik. Belum ada figur yang memiliki visi yang kuat dan kemampuan akademisi yang baik di partai-partai Islam. Kalau figur-figur yang memiliki kemampuan agama rata-rata cukup.

Selain itu, kekuatan jaringan partai Islam juga masih kurang. Bahkan yang lebih parah rata-rata partai politik tidak begitu dipercaya oleh publik. Ada lima unsur untuk memperebutkan kekuasaan di antaranya idealisme, jaringan, kepercayaan, membangun silaturrahim yang berkelanjutan dan modal kerja.

"Saya melihat kekuatan yang besar dalam membangun politik adalah silaturrahim," ujarnya.

Mengenai wacana pembentukan partai Islam tunggal yang mengemuka di KUII, Ali menilai wacana itu sulit diwujudkan jadi kenyataan. Sebab Indonesia adalah negara yang besar dan majemuk. Sehingga sulit untuk mempersatukan umat.

Selain itu, dikatakan dia, faktor antropologi juga mempengaruhi sehingga masyarakat sulit bersatu karena jumlah aliran di Indonesia juga terlalu banyak. "Oleh karena itu berkaca pada pemilu 1955 kita paling banyak tujuh partai politik, itu baru cukup," jelas Ali.     

Perwakilan partai-partai yang menghadiri KUII ke-VII di antaranya Wakil Sekretaris Jenderal Partai Golkar Sekarwati, Presiden PKS Sohibul Iman, Sekretaris Jendral PPP Asrul Sani, Ketua DPP PAN Ali Taher, dan Wakil Ketua Umum DPP PKB Jazilul Fawaid. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement