REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Delapan makam di Kampung Nangerang, RT/RW 03/06, Kelurahan Rangga Mekar, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor dipindahkan. Pemindahan, menyusul hanyutnya puluhan makam dalam kurun waktu setahun belakangan.
Pada Kamis (27/2) kemarin, setidaknya terdapat empat makam yang hanyut. Bahkan terdapat tiga makam yang kain kafannya dapat dilihat dari bawah sungai Sungai Cipinang Gading, Daerah Aliran Sungai (DAS) Cisadane.
Letak makam menang berada sekitar 20 meter tepat di bibir sungai Sungai Cipinang Gading. Tak ada pembatas atau turap untuk melindungi tanah dari gerusan air atau antisipasi tanah longsor. Sehingga, saat longsor makan seketika langsung jatuh ke sungai dan terbawa arus.
Rustam Ketua RW 06 (62 tahun) menjelaskan, makam berasal dari tanah wakaf warga Kelurahan Rangga Mekar yang bernama Muslim. Awalnya, pemakaman tersebut memiliki luas sekitar 4.000 meter persegi.
"Dulunya ada garis pembatas setelah makam ada jalur jalan, sekitar 10 meter (lebarnya) kosong, karena ini berhubungan dengan DAS Sungai, takut longsor," kata Rustam di lokasi, Jumat (28/2).
Seiring berjalannya waktu, dia mengatakn, tanah tersebut kian menyusut. Pohon bambu, pohon beringin dan sejenisnya yang dulunya menjadi penguat tanah di tempat pemakaman warga RW 06 ditebangi. Sehingga tak ada lagi pohon yang memperkuat tanah.
"Maka dari itu, ini longsor bukan sekali dua kali tapi sedikit-sedikit akhirnya mepet ke pemkanaman," jelasnya.
Sejauh ini, setidaknya terdapat 200 lebih jasad yang telah dimakamkan. Rustam mengaku tak begitu mengetahui keluarga atau ahli waris. Pasalnya, dia mengatakan telah mencoba mengumumkan pemindahan makam.
"Tadi saya umumkan menggunakan pengeras suara. Karena ini waktu saya belum lahir udah diwakafkan. Jadi tidak begitu tahu ahli warisnya," ucapnya.
Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto menjelaskan, telah menerima laporan ihwal hanyutnya makam tersebut. Karena itu, Bima terlibat secara langsung dalam memindahkan makam. Bahkan, dirinya juga melihat secara langsung adanya kain kafan yang telihat dari bawah Sungai Cipinang Gading.
"Yang menggantung ini 3 (kain kafan) yang lain memang belum terbuka, tapi berada di titik yang rawan, kita kahawtir akan terjadi lagi (hanyut)," kata Bima.
Sekitar sejam lebih, dia mendampingi proses relokasi. Dari delapan makam yang dipindah, Bima mengikuti proses relokasi pada tiga makam.
Pemindahan, memang tidak keluar dari lokasi. Sekitar lima meter dari titik rawan yang berada di bibir Sungai Cipinang Gading galian memanjang telah disiapkan untuk delapan makam.