REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Unit Usaha Syariah (UUS) PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB Niaga Syariah) mulai intensif secara teknis dalam mempersiapkan spin off tahun ini. Direktur Syariah Banking CIMB Niaga Pandji P Djajanegara menyampaikan bank sudah punya tim yang fokus pada rencana pemisahan.
"Minimal persiapannya dua tahun, jika ingin tahun 2023 pisah, kita sudah mulai kerjakan di kuartal tiga tahun ini, pelan-pelan sudah persiapan," kata dia di Grha CIMB Niaga, Jakarta, Jumat (28/2) lalu.
Pemisahan UUS dari induk diamanatkan maksimal tahun 2023 menurut Undang-Undang. Pandji menyampaikan bank sudah aktif membahas kesiapan mereka dengan DPR dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Ia mengindikasikan akan ada kelonggaran. Namun demikian, CIMB Niaga Syariah memutuskan untuk tetap spin off pada 2023 dengan rencana membesarkan UUS. Menurut Pandji, saat ini perkembangannya sesuai dengan rencana.
CIMB Niaga Syariah menargetkan portofolio syariah per 2023 mencapai 25 persen dari total portofolio induk. Tahun ini, prosentasenya ditargetkan mencapai 18-19 persen dari 16 persen posisi akhir Desember 2019.
Deputy I Head of Syariah Banking CIMB Niaga Rusdi Dahardin yang bertanggung jawab atas rencana spin off menyampaikan persiapan sudah dilakukan sejak 3-4 tahun lalu melalui pembentukan komite internal. Mulai tahun ini, rencananya mulai intensif.
"Kita fokus pada dua hal, pertama tentang kebijakan, kedua tentang membesarkan aset, itu ongoing terus," katanya.
CIMB Niaga menjadi salah satu yang aktif memberikan masukan terkait kebijakan spin off pada regulator. Termasuk saran sinergi perbankan dan sharing platform yang kini sudah diresmikan.
"Sampai 2023 kurang lebih ditutup sekitar Rp 70-80 triliun," katanya.
Modal inti ditargetkan mencapai Rp 5 triliun, sehingga saat lepas dari induk, CIMB Niaga Syariah akan menjadi Bank Buku III. Posisi per Desember 2019 mencapai sekitar Rp 3,7 triliun.