REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA — Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah meminta Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menarik pasukannya dari Suriah.
Permintaan itu dilayangkan setelah 34 tentara Turki terbunuh di Provinsi Idlib pekan ini. Saat melakukan pembicaraan via telepon pada Sabtu (29/2), Erdogan meminta Putin berdiri di samping dan membiarkan Turki melakukan apa yang perlu dengan Pemerintah Suriah.
Erdogan menyebut pasukan Turki tak berniat meninggalkan Suriah saat ini. “Kami tidak datang ke sana karena kami diundang (Presiden Suriah Bashar al-Assad). Kami pergi ke sana karena kami diundang rakyat Suriah. Kami tidak akan pergi sebelum rakyat Suriah ‘oke, ini telah dilakukan’,” ujar Erdogan.
Rusia selaku sekutu Suriah telah terlibat pertikaian dengan Turki dalam konflik di Idlib. Kedua belah pihak saling tuding melanggar kesepakatan gencatan senjata di zona deeskalasi tersebut. Perwakilan kedua negara telah melakukan tiga putaran perundingan.
Dua di antaranya tak menghasilkan kesepakatan gencatan senjata. Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan kedua belah pihak telah sepakat untuk mengurangi ketegangan di Idlib sambil melanjutkan aksi militer di sana. Pasukan Suriah dan sekutunya Rusia mengintensifkan serangan ke Idlib sejak Desember tahun lalu. Mereka berusaha merebut kembali wilayah itu dari kelompok oposisi bersenjata.
Idlib diketahui merupakan satu-satunya wilayah yang masih dikuasai kelompok oposisi bersenjata Suriah. Pertempuran di Idlib, tak hanya melibatkan pasukan pemerintah dan oposisi, tapi juga Turki.
Ankara diketahui mendukung beberapa faksi oposisi yang berkeinginan menggulingkan pemerintahan Presiden Suriah Bashar al-Assad. Erdogan telah memperingatkan, jika pos-pos pengamatan militer negaranya di Idlib diserang, Turki akan membidik pasukan Suriah di mana pun mereka berada.