Senin 02 Mar 2020 01:57 WIB

Luksemburg Gratiskan Kendaraan Umum

Penggratisan kendaraan umum juga demi kelompok miskin Luksemburg.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Indira Rezkisari
Kereta di Luksemburg di Eropa. Transportasi publik kini berjalan gratis di Luksemburg.
Foto: Wikipedia
Kereta di Luksemburg di Eropa. Transportasi publik kini berjalan gratis di Luksemburg.

REPUBLIKA.CO.ID, LUKSEMBURG -- Luksemburg menjadi negara pertama yang menghapuskan tarif untuk kendaraan umum seperti kereta api, trem, dan bus. Pemerintah setempat mengatakan, keputusan ini merupakan upaya untuk mengatasi kemacetan dan polusi jalan serta mendukung mereka yang berpenghasilan rendah.

Semua perjalanan kelas standar pada transportasi umum di negara Eropa yang kecil dan kaya itu sekarang gratis. Sebelumnya tiket tahunan senilai 440 euro atau setara dengan Rp 6,9 juta.

Baca Juga

"Bagi orang-orang dengan pendapatan rendah atau upah minimum, bagi mereka itu sangat besar," kata Menteri Transportasi Francois Bausch, Ahad (1/3).

Baush mengatakan, alasan utama kebijakan ini diberlakukan yakni agar masyarakat memiliki kualitas mobilitas yang lebih baik. Selain itu, Luksemburg juga ingin negaranya lebih ramah lingkungan.

Luksemburg memiliki lebih dari 600 ribu penduduk. Tetapi sebanyak 214 ribu orang merupakan pekerja yang datang setiap hari dari negara tetangga seperti Jerman, Belgia, dan Prancis.

Hal ini menyebabkan kemacetan yang cukup parah disebabkan oleh para pekerja yang menggunakan mobil untuk bertransportasi. Lebih dari setengah emisi gas rumah kaca Luksemburg berasal dari transportasi.

Manajer penjualan di sebuah grup hotel, Alexandre Turquia bekerja di ibu kota dari desa tetangga. Perjalanan harus memakan waktu 30 menit, tetapi akibat lalu lintas yang padat bisa berlangsung satu jam. Meski begitu, ia mengatakan menggunakan mobil adalah pilihan terbaik.

"Jika ini adalah hari di mana saya perlu mengunjungi pelanggan yang jauh, saya pasti akan membawa mobil saya," kata dia.

Sementara itu, seorang karyawan di Amazon, Mia Mayer mengatakan dirinya beralih dari mengemudi menjadi naik bus untuk menghemat waktu dan uang. "Saya memiliki pengalaman hampir setiap hari mencoba melewati pusat kota, benar-benar macet dan kadang membutuhkan waktu 45-50 menit," kata Mayer.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement