REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Wabah virus Corona telah menyebar ke 52 negara di luar daratan China. Kondisi ini mengguncang perekonomian global dengan penurunan jumlah turis hingga mengosongkan pusat-pusat bisnis.
Pembelian barang-barang kebutuhan pokok untuk ditimbun terjadi di banyak wilayah. Eropa dan Timur Tengah pun telah menutup sekolah, kampus, dan melarang pertemuan dengan skala besar. Banyak acara mulai dari pameran, olahraga, dan musik dibatalkan dalam upaya mencegah penyebaran.
Selain menambah daftar negara yang ditemukan penyebaran virus, beberapa negara lain menambah jumlah kasus dan korban meninggal dunia seperti Iran, Italia, dan Korea Selatan. Banyak kasus virus relatif ringan dan beberapa dari mereka yang terinfeksi tampaknya tidak menunjukkan gejala sama sekali.
Kondisi itu memungkinkan penyebaran yang lebih mudah dan kekhawatiran meningkat. Di seluruh dunia, virus dan ketakutan yang menyertainya menyebabkan kekacauan.
Karantina yang berkepanjangan, gangguan rantai pasokan, dan penurunan tajam dalam pariwisata dan perjalanan bisnis dapat melemahkan ekonomi global atau bahkan menyebabkan resesi. Ada bukti yang berkembang tentang biaya besar dan gejolak ekonomi dari virus yang muncul di Wuhan pada Desember tahun lalu ini.
Sebuah laporan baru menunjukkan penurunan tajam dalam manufaktur China pada Februari setelah upaya untuk menahan virus. Survei yang dikutip dari AP ini dilakukan ketika pasar saham global turun tajam di tengah kekhawatiran bahwa virus akan menyebar ke luar negeri.
Sedangkan ekspor Korea Selatan mengalami penurunan setelah 14 bulan pada Februari. Ekspor rata-rata per hari kerja jatuh 11,7 persen, penurunan paling tajam dalam tiga bulan.
Menteri Industri Korea Selatan Sung Yoon-mo menyatakan dampak ekonomi dari penyebaran virus Corona diperkirakan akan lebih besar daripada di Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Kondisi ini tidak bisa dipungkiri dengan jumlah infeksi 3.736 kasus dan 18 orang meninggal dunia per Ahad.
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengumumkan paket ekonomi darurat 270 miliar yen atau 2,5 miliar dolar AS untuk membantu memerangi virus. Abe mengatakan Jepang berada pada titik kritis untuk menentukan apakah negara itu dapat menjaga wabah di bawah kendali menjelang Olimpiade musim panas Tokyo.
Abe mengatakan paket darurat termasuk dukungan keuangan untuk orang tua dan karyawan yang terkena dampak penutupan. "Kami tidak dapat melakukannya tanpa pengertian dan kerja sama dari Anda semua termasuk lembaga medis, keluarga, perusahaan, dan pemerintah daerah," kata Abe.
Parlemen Taiwan pada akhir Februari telah menyetujui dana sebesar 2 miliar dolar AS untuk menekan dampak dari virus Corona. Dana tersebut diberikan sebagai pinjaman untuk usaha kecil, subsidi untuk agen perjalanan, dan pemotongan pajak untuk pengemudi bus wisata.
Dana tersebut pun akan disisihkan untuk voucer belanja untuk makanan di pasar malam terkenal Taiwan yang biasanya menjadi daya tarik wisatawan asing. "Musuh kita bersama adalah virus. 23 juta orang di Taiwan pasti tidak akan dikalahkan," kata anggota parlemen dari partai oposisi utama Kuomintang Hung Mong-kai.
Sedangkan Hong Kong mengucurkan 28 miliar dolar Hong Kong atau 3,6 miliar dolar AS. Angka tersebut naik yang sebelumnya 25 miliar dolar Hong Kong.
Dana bantuan bisnis dan kelompok-kelompok rentan di Hong Kong dikucurkan karena virus Corona. Pemerintah Hong Kong pun akan memberikan subsidi untuk kesehatan publik yang kurang mampu dan industri yang paling terpengaruh.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan ada lebih dari 85.000 infeksi virus Corona di seluruh dunia. Mayoritas kasus ditemukan di China. Sedangkan di luar China, virus telah lebih dari enam ribu kasus dan 86 kematian.