REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Perusahaan-perusahaan Jepang mulai memangkas pengeluaran untuk pembangunan pabrik dan peralatan. Hal ini memperkuat kekhawatiran resesi akibat wabah virus corona dan tekanan perlambatan ekonomi global pada negara yang bergantung banyak pada ekspor.
Dilansir Reuters, Senin (2/3), belanja modal telah menjadi titik terang dalam ekonomi Jepang yang rapuh. Investasi dalam pengembangan perkotaan dan teknologi hemat tenaga kerja, otomatisasi dan sektor teknologi tinggi menjadi faktor utama pendorongnya.
Tapi, para analis menilai, momentum itu akan berkurang ketika penyebaran virus corona di Cina mulai mendinginkan kepercayaan bisnis dan mengurangi minat terhadap investasi di Jepang. Pasalnya, Cina sendiri merupakan mitra dagang terbesar Jepang sekaligus pendorong perdagangan global.
Berdasarkan data Kementerian Keuangan, Senin, belanja modal di Jepang sudah turun 3,5 persen pada kuartal terakhir 2019 dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Ini menjadi penurunan pertama dalam 13 kuartal terakhir, kontras dengan pertumbuhan positif 7,1 persen pada kuartal sebelumnya.
Berdasarkan penyesuaian musiman, pengeluaran bisnis turun 4,2 persen kuartal ke kuartal pada periode Oktober-Desember. Data ini akan digunakan untuk menghitung angka Produk Domestik Bruto (PDB) pada awal Maret, memperkuat perkirakan bahwa ekonomi Jepang akan menyusut 6,3 persen secara tahunan pada kuartal terakhir.
Apabila benar terjadi, pertumbuhan tersebut menjadi kontraksi terdalam selama hampir enam tahun terakhir. Kenaikan pajak penjualan yang membebani pengeluaran konsumen dan bisnis, meningkatkan risiko resesi karena meluasnya epidemi virus yang membebani output dan pariwisata.
Data PDB yang suram diikuti dengan indikator terpisah, di mana adanya penurunan 2,1 persen untuk pesanan mesin inti, salah satu indikator utama belanja modal, pada kuartal terakhir. Produsen memperkirakan adanya penurunan 5,2 persen lebih lanjut untuk periode Januari-Maret 2020.
Pengeluaran bisnis produsen turun 9,0 persen dari tahun sebelumnya, menurut survei yang dilakukan ke perusahaan-perusahaan dengan modal setidaknya 10 juta yen (92 ribu dolar AS). Pada kuartal sebelumnya, pengeluaran bisnis sempat naik 6,4 persen.
Belanja sektor jasa turun 0,1 persen yoy, sementara kuartal ketiga 2019 dapat tumbuh 7,6 persen. Laba berulang perusahaan pun turun 4,6 persen pada kuartal keempat 2019 (yoy), jatuh untuk tiga kuartal berturut-turut.
Tingkat penjualan turun 6,4 persen (yoy) pada periode Oktober sampai Desember, turun untuk dua kuartal berturut-turut dan melambat lebih jauh dari penurunan 2,6 persen pada periode sebelumnya.