REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pedagang di Pasar Minggu, Semi (46 tahun) mengaku kecewa dengan melonjaknya harga bawang Bombay. Sebab, dari harga bawang yang biasanya hanya menyentuh Rp 25 ribu per kilo, kini bisa sampai Rp 150 ribu per kilonya.
“Makanya itu, ngelonjaknya gak kira-kira,” ujar dia sambil menunggu pembeli di lapaknya di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Senin (2/3).
Dia menyebut, kenaikan harga bawang Bombay itu sudah terjadi dalam beberapa pekan. Pekan lalu, harga bawang Bombay memang masih menyentuh Rp 80-90 ribu per kilonya. Namun, semakin hari dia merasa kenaikan semakin tak masuk akal.
“Untuk modal beli bawang Bombay-nya saja, sekarang bisa Rp 120-130 ribu per kilonya, saya mau jual berapa?" tanyanya kecewa.
Semi mengaku, jika keberadaan bawang Bombay memang bisa ada jika diusahakan. Terlebih, pasar induk ia sebut yang masih memilikinya. Namun, karena langka dan tingginya harga, Ia memilih untuk tak menyediakan.
Bukan tanpa sebab, menurut dia, modal khusus untuk komoditas bawang Bombay per harinya hanya sekitar Rp 250 ribu. Uang itu, biasanya untuk 10 kilo gram bawang Bombay yang berasal dari pasar induk.
“Dulu per kilo modal Cuma Rp 25 rebuan, itu juga untungnya sedikit. Gimana kalau sekarang,” ujar dia.
Dia mengaku, dalam satu kilo gram bawang Bombay, biasanya terdiri dari enam hingga delapan butir bawang. Alhasil, jika per kilo harga mencapai Rp 150 ribu, ia menyebut tak sampai hati jika harus menjual Rp 20 ribu per butirnya.
“Mending gak usah sediakan dulu, lagian juga ga terlalu ngaruh,” ungkap dia.
Berbeda dengannya, pedagang di pasar Lenteng Agung, Regar (45 tahun) sengaja masih menyediakan bawang bombay di lapak 033 miliknya. Sebab, ia tak ingin kehilangan pelanggan, walaupun ia mengetahui tak banyak penjual yang menyediakan bawang Bombay.
Bahkan, dia mengaku, di Pasar Lenteng Agung, hanya ia saja yang menjual bawang Bombay. Meskipun, ada penurunan dari jumlah biasa yang dia sediakan.
“Sekarang saya Cuma bisa sediakan lima kilo saja,” ujarnya dengan logat Medan yang kental.
Pada hari-hari biasanya, Regar menambahkan, pasokan bawang Bombay di tokonya bisa mencapai satu karung. Tak ayal, kenaikan drastis bawang Bombay membuatnya terhenti untuk menambah stok.
Regar menyatakan rasa kecewanya pada pemerintah dan importir bawang Bombay. Pasalnya, kenaikan yang dialami terlampau jauh dari harga standar.
Sementara itu, pedagang lainnya, Supiah (55) juga menyebut ada kenaikan drastis dari bawang Bombay sejak dua pekan terakhir. Karenanya, dia memilih untuk tak menyediakan bawang itu sementara waktu. “Kalau ambil stok dari pasar induk juga biasanya paling lima kilo, itu juga pas harga biasa,” kata dia.
Lebih jauh, ketika ditanya penurunan omset dari kosongnya stok bawang Bombay, para pedagang itu tak terlalu memperdulikannya. Sebab, tak ada penurunan apalagi kenaikan omset, dari kosongnya bawang Bombay.
Dari pantauan di Pasar Minggu dan Pasar Lenteng Agung, tidak ada kenaikan komoditas, selain dari bawang Bombay. Meskipun, telur mengalami kenaikan sekitar Rp 2ribu rupiah menjadi Rp 26 ribu, para pedagang mengaku itu masih wajar.
Nesti (35) pemilik warung dan tempat makan di sekitaran pasar Lenteng Agung, mengatakan, di pasar Lenteng Agung tempatnya biasa belanja, kebutuhan bawang Bombay memang kerap kali tersedia.
Namun karena tingginya harga, ia memilih untuk tak menyediakan di warung sembako dan tempat makannya. “Lagian juga ga terlalu butuh sih. Kalau makanan cumi yang biasanya pakai Bombay, bisa diakali dengan bahan lainnya,” tutur dia.