Senin 02 Mar 2020 12:19 WIB

Berantas Jamban Apung, Tangsel Terapkan Kota Tanpa Kumuh

Jamban apung digunakan sebagai tempat mandi cuci kakus (MCK) oleh warganya.

Rep: Abdurrahman Rabbani/ Red: Muhammad Fakhruddin
Jamban apung masih ditemukan di Kampung Cirompang, Kelurahan Kademangan, Kecamatan Setu, Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Ahad (1/3).
Foto: Republika/Rabbani Dikromo
Jamban apung masih ditemukan di Kampung Cirompang, Kelurahan Kademangan, Kecamatan Setu, Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Ahad (1/3).

REPUBLIKA.CO.ID,TANGERANG SELATAN — Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Tangsel) akan menerapkan program Kota tanpa Kumuh (Kotaku). Hal itu dilakukan, salah satunya untuk menangani jamban apung yang masih terdapat di wilayah kota Tangsel.

Sebelumnya ditemukan jamban apung di Kampung Cirompang, Kelurahan Kademangan, Kecamatan Setu, Tangsel. Keberadaan jamban apung tersebut dinilai sebagai kawasan kumuh.

“Nanti kita akan lakukan perbaikan dan mengubah jamban yang di temukan di Kampung Cirompang menjadi jamban komunal, agar kebih layak,” kata Wakil Wali Kota Tangsel, Benyamin Davnie, Ahad (1/3).

Untuk menangani persoalan tersebut, pemerintah Kota Tangsel akan membuat program Kota tanpa kumuh (Kotaku). Program itu nantinya menangani sejumlah penyebab suatu wilayah tidak layak.

Salah satunya masalah sanitasi tidak sehat yang masih ditemukan. Nantinya tim akan lakukan sosialisasi terkait keberadaan jamban apung tersebut.

"Makannya kita bentuk Kotaku (kota tanpa kumuh), indikatornya dari masyarakat mereka nanti yang mengolahnya sendiri," jelasnya. 

Benyamin mengatakan, untuk saat ini, pihaknya masih melakukan pendataan terkait jumlah jamban apung yang masih ada di Tangsel.

"Belum diketahui berapa banyak. Saya sudah minta kepada Dinas Kesehatan dan Dinas Perkim untuk sama-sama mencatat dan mendata itu. Saya juga minta kepada RW atau RT bisa melaporkan ke kita," kata Benyamin.

Sebelumnya, salah satu warga Kampung Cirompang yang ditemui, Yati (43 tahun) membenarkan adanya jamban apung di sekitar kampungnya. Namun, jamban tersebut sudah lama tidak digunakan.

“Itu iya dulu digunakan waktu sebagian warga belum punya kamar mandi, tapi sekarang udah lama juga ga pernah dipakai,” katanya.

Lebih lanjut, beberapa tahun lalu jamban apung digunakan sebagai tempat mandi cuci kakus (MCK) oleh warganya. Diketahui, aktivitas mereka setiap hari seperti MCK dilakukan di jamban apung tersebut. Setelah mereka sudah memiliki jamban pribadi, jamban apung tak lagi dipakai.

Terlihat dari pantauan Republika, jamban apung  berada di atas kolam berisikan air bewarna hijau pekat. Air nampak tenang dan tidak diketahui tanda-tanda air mengalir. Informasi yang diketahui jamban apung tersebut sudah tak terpakai dan saluran pembuangan ditutup.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement