Senin 02 Mar 2020 13:02 WIB

Dampak Corona Diprediksi Seret Ekonomi ke 4,5 Persen

Pemerintah telah menemukan dua kasus positif virus corona pertama di Indonesia.

Rep: Novita Intan/ Red: Friska Yolanda
Perekonomian global mulai gonjang-ganjing sejak akhir Januari 2020 karena kemunculan virus corona atau Covid-19.
Foto: Republika
Perekonomian global mulai gonjang-ganjing sejak akhir Januari 2020 karena kemunculan virus corona atau Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perekonomian global mulai gonjang-ganjing sejak akhir Januari 2020 karena kemunculan virus corona atau Covid-19. Apalagi saat ini pemerintah telah menemukan dua kasus positif virus corona pertama di Indonesia.  

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad menilai virus corona berdampak pada berbagai negara dan sektor seperti China, Jepang, Korea, Singapura, Hong Kong dan beberapa negara lainnya.  

Baca Juga

"Wajar kalau dampak ke Indonenesia, pertumbuhan kita akan terkoreksi hingga 0,3 persen, sehingga kami memperkirakan dampak corona ke Indonesia akan jauh di bawah 4,7 persen bahkan bisa mencapai 4,5 persen," ujarnya ketika dihubungi Republika.co.id, Senin (2/3).

Menurutnya saat ini pemerintah China memperkirakan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,9 persen (Goldman Sachs) akan menjadi sebesar 5,5 persen. Hal ini karena banyak pabrik di China yang menghentikan produksinya, sehingga rantai nilai global produksi dunia juga terganggu.  

"Implikasinya, negara yang bergantung pada China juga terganggu, termasuk Indonesia. Selain industri, sektor pariwisata juga terdampak karena wisatawan dunia banyak berasal dari China," jelasnya.

Tauhid melihat dampak virus corona juga terlihat dari pergerakan nilai mata uang rupiah yang terkoreksi menjadi Rp 14.135 per dolar AS sebagai akibat capital outflow kurang lebih Rp 30 triliun.  

"Ini wajar setelah secara fundamental pasar melihat kita juga terpengaruh cukup besar perekonomiannya sebagai akibat virus ini.  Pasar melihat dalam jangka pendek,  stabilitas makro ekonomi (fundamental) sedikit terganggu," jelasnya.

Menurutnya dampak virus corona dipastikan membuat aliran investasi lebih floating karena ketidakstabilan perekonomian banyak terjadi di negara-negara yang terkena virys ini. Tak hanya sebagian wilayah Asia, juga sebagian kecil Eropa sehingga banyak akan terbang ke negara-negara yang masih tahan dengan virus corona ini.

"Investor China di Indonesia saya yakin juga akan sedikit mengurangi investasi FDInya sebab bagi mereka penting untuk memulihkan ekonomi domestiknya.  Paling tidak banyak yang menutup kerugiannya sebagai akibat virus ini di dalam negerinya," jelasnya.

Menurutnya hal akan dirasakan oleh pemerintah Indonesia akibat virus corona adalah jalur perdagangan ke Indonesia yang langsung dari China maupun dunia, serta penurunan harga komoditas dunia sebagai akibat penurunan permintaan dunia. Kemudia ektor industri akan mengalami perlambatan sebab sebagian besar baku industri atau sekitar 27,5 persen diimpor dari China yang membuat implikasinya produksi akan terhambat.  

"Terakhir dampak kunjungan wisatawan  2019 mencapai 2,1 juta dari China akan berkurang sangat drastis," ucapnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement