Senin 02 Mar 2020 19:34 WIB

Ingin Ditunjukkan Kebenaran? Baca Doa Rasulullah SAW Berikut

Rasulullah SAW berdoa agar terhindar dari kebatilan.

Rasulullah SAW berdoa agar terhindar dari kebatilan. Berdoa/Ilustrasi
Foto: Republika/Wihdan
Rasulullah SAW berdoa agar terhindar dari kebatilan. Berdoa/Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Kadangkala, kita perlu mengklarifikasi suatu hal yang belum jelas salah atau benarnya. Tuntunan doa Rasulullah SAW berikut ini mampu memberikan kekuatan untuk bersikap konsekuen. Jika hal yang kita mohonkan itu benar, akan kuat pula kita mengikutinya. Sebaliknya, bila salah, kuat pula mental kita menyingkirkannya.

،اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا، وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ. ،وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلاً، وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ.

Baca Juga

Allahumma arinal haqqa haqqa warzuqnattiba’ah, wa arinal bathila bathila warzuqnajtinabah

‘’Ya Allah, tampakkanlah kepadaku kebenaran sebagai kebenaran dan kuatkanlah aku untuk mengikutinya serta tampakkanlah kepadaku kesalahan sebagai kesalahan dan kuatkan pula untuk menyingkirkannya.’‘ (HR Imam Ahmad).

Inilah salah satu ikhtiar mental-spiritiual kita sebagai manusia dengan berdoa agar sesuatu persoalan yang ‘samar-samar’ mampu terkuak dan jelas duduk perkaranya. Jika biasanya doa tadi dibacakan sebelum memulai proses belajar mengajar di sekolah, ditinjau dari kemanfaatannya, akan sangat tepat bila digunakan untuk mengatasi berbagai masalah. Mulai dari aspek politik, ekonomi, sosial, budaya, dan sebagainya.

Bila ditilik lagi, doa di atas secara tegas mempertentangkan yang haq (kebenaran) dengan albathil (kesalahan). Ini sesuai perintah Alquran bahwa keduanya tidak boleh dicampuradukkan (QS Albaqarah [2]: 42). Sebab, posisi dan karakter masing-masing sifat tadi amat berlawanan.

Konsekuen terhadap alhaq disebutkan sebagai tasdiq atau ‘membenarkannya’, yang diwujudkan lewat ketaatan dan ketepatan mengikuti ketentuan yang menyertainya. Siapa yang tidak bersikap demikian berarti sebaliknya, yakni takdzib atau ‘mendustakan serta berkhianat.’

Adapun pengikut albathil senantiasa menolak ‘realitas’, baik yang berasal dari wahyu  maupun kauniyah. Mereka mengatakan, ‘realitas’ itu sebagai kebohongan dan membuat alasan tanpa dasar. 

Oleh sebab itu, kita perlu menyianginya, memilah-milah, dan memilih-milih, sebelah mana kebenarannya dan mana pula salahnya tanpa terpengaruh kepentingan subjektif tertentu. Berpegang pada keyakinan kepa da Allah SWT, dalam kapasitas memanjatkan doa tadi, diharapkan bisa dihasilkan kesimpulan objektif.

Menunda untuk berdoa alias menunda meminta ‘klarifikasi’ sungguh hanya akan memperpanjang ketidakjelasan persoalan yang bisa berakibat melemahnya kekuatan akses kepada Allah SWT. Bukankah hidup yang singkat ini harus menjadi kuat dan bermakna sesuai konsep alhaq?

 

 

sumber : Harian Republika
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement