Selasa 03 Mar 2020 01:00 WIB

Wagub Bali Minta Pengusaha Hotel tak Lakukan PHK

Lesunya pariwisata Bali telah membuat hotel melakukan pengaturan jam kerja.

Wisatawan beraktivitas di Pantai Tanah Lot, Tabanan, Bali, Ahad (16/2). Lesunya pariwisata Bali telah membuat hotel melakukan pengaturan jam kerja.
Foto: Antara/Nyoman Hendra Wibowo
Wisatawan beraktivitas di Pantai Tanah Lot, Tabanan, Bali, Ahad (16/2). Lesunya pariwisata Bali telah membuat hotel melakukan pengaturan jam kerja.

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati meminta pengusaha perhotelan tidak melakukan pemutusan hubungan kerja meski saat ini kunjungan wisatawan mulai menurun karena penyebaran penyakit akibat infeksi corona tipe baru, Covid-19. Menurutnya, sejauh ini hotel-hotel yang terdampak sudah mulai melakukan pengaturan jam kerja.

"Dari yang liburnya seminggu sekali menjadi dua kali seminggu karena memang tamunya tidak ada," kata wagub Bali yang akrab dipanggil Cok Ace saat menggelar rapat koordinasi pemulihan pariwisata Bali dengan berbagai asosiasi dan komponen pariwisata di Denpasar, Senin.

Baca Juga

Cok Ace mengharapkan, kondisi tersebut tidak menjadi alasan bagi pengusaha perhotelan untuk melakukan pemutusan hubungan kerja. Apalagi, sektor jasa pariwisata telah menjadi tumpuan hidup bagi sebagian pekerja perhotelan.

Saat ini, menurut Cok Ace, hotel-hotel yang terdampak dari penyetopan kunjungan wisatawan, terutama yang berasal dari China, berada di kawasan Kuta dan Nusa Dua, Kabupaten Badung.

"Sejak penghentian penerbangan dari dan menuju ke China mulai 5 Februari lalu, ada hotel yang okupansinya drop hingga tinggal lima persen, dua persen bahkan nol," kata Cok Ace yang juga ketua PHRI Bali itu.

Menurut Cok Ace, dari sekitar satu juta pekerja di sektor pariwisata di Bali, yang sudah terkena imbas sekitar 20 persen, karena tingkat okupansi hotel rata-rata turun hingga 70 persen dari kondisi normal. Hotel-hotel yang cukup bertahan, menurut dia, umumnya berada di kawasan wisata Sanur dan Ubuddengan dampak penurunan berada pada kisaran 15-20 persen.

Cok Ace mengharapkan sejumlah negara yang selama ini menjadi pemasok wisatawan ke Bali tidak lagi melarang warga negaranya untuk berwisata ke Bali. Sementara itu, Managing Director ITDC I Gusti Ngurah Ardita mengatakan, rata-rata tingkat hunian atau okupansi hotel di kawasan ITDC Nusa Dua hingga akhir Februari 2020 mencapai 56 persen.

"Januari sebenarnya cukup bagus, tetapi sejak penutupan penerbangan ke China pada 5 Februari sampai dengan sekarang, jadi tinggal 56 persen," katanya.

Berdasarkan hasil pantauan, hotel-hotel di kawasan ITDC belum ada yang sampai melakukan pemutusan hubungan kerja kepada para pegawai. Pihaknya akan melakukan pemantauan terhadap perkembangan situasi tiap pekan.

"Termasuk pengurangan jam kerja juga akan kami monitoring, karena tingkat hunian masih 56 persen," ujar Ardita.

Pihaknya juga tetap mengkoordinasikan upaya-upaya promosi bekerja sama dengan hotel-hotel di kawasan ITDC untuk menggairahkan kunjungan wisatawan. Ardita juga mengatakan sedang mengkoordinasikan dengan Dinas Kesehatan terkait langkah-langkah lebih detail untuk memonitor wisatawan yang baru masuk hotel.

"Nanti tanggal 4-8 Maret ini juga masih ada event yang dihadiri 1.600-an orang di BNDCC juga," ucapnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement