Senin 02 Mar 2020 20:53 WIB

Setop Menumpuk Bahan Sembako dan Masker

Panic buying hingga barang langka hanya akan membuat situasi berubah gawat.

Red: Indira Rezkisari
Sejumlah warga membeli masker di pasar proyek Bekasi, Jawa Barat, Senin (2/3). Pengumuman adanya warga Indonesia yang corona telah memicu panic buying. Publik berbelanja bahan sembako hingga masker dan vitamin dalam jumlah banyak.
Foto: Antara/Fakhri Hermansyah
Sejumlah warga membeli masker di pasar proyek Bekasi, Jawa Barat, Senin (2/3). Pengumuman adanya warga Indonesia yang corona telah memicu panic buying. Publik berbelanja bahan sembako hingga masker dan vitamin dalam jumlah banyak.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Iit Septyaningsih, Dessy Suciati Saputri, Rr Laeny Sulistyawati, Idealisa Masyrafina, Antara

Ketakutan terhadap virus corona menimbulkan panic buying atau pembelian bahan-bahan sembako dalam jumlah besar. Masyarakat tampak mengantre panjang di kasir supermarket dan membeli dalam jumlah banyak sekaligus.

Baca Juga

Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy meminta masyarakat tidak panik dengan memborong barang kebutuhan. "Saya minta untuk tenang, tidak akan ada yang terlalu jangan dipergawat situasi ini, semuanya berjalan seperti biasa, normal-normal saja, termasuk belanja seperti biasa," kata dia di lingkungan Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (2/3).

Presiden Joko Widodo mengumumkan dua warga negara Indonesia (WNI), yaitu seorang ibu berusia 64 tahun dan anaknya berusia 31 tahun di Depok, Jawa Barat, positif terjangkit Covid-19 dan sedang dirawat di RS Penyakit Infeksi Sulianti Suroso sejak 1 Maret 2020. Terhadap pengumuman tersebut, terjadi kenaikan kunjungan sekaligus aktivitas belanja di ritel-ritel karena masyarakat memborong sejumlah barang kebutuhan pokok.

"Saya kira tidak perlu menimbun barang, jangan gampang panik dalam kondisi begini, dibutuhkan ketenangan, kehati-hatian dan juga tidak 'grusa-grusu' seperti yang kita lakukan saat mengevakuasi kemarin, sudah saya sampaikan tidak bersamaan tapi bergantian dan kita penuhi benar. Setelah yang ini selesai kemudian kita yang kedua sama untuk menangani," kata Muhadjir.

Ia juga meminta masyarakat tidak ikut-ikutan memborong masker dan cairan pembersih tangan. "Tidak perlu," ungkap Muhadjir.

Kedua WNI yang dinyatakan positif tertular dari seorang warga Jepang yang berada di Indonesia dan mengalami kontak langsung dengan sang anak. Warga Jepang tersebut diketahui positif Covid-19 ketika kembali ke tempat domisilinya saat ini yaitu di Malaysia setelah berada di Indonesia pada pertengahan Februari 2020.

Ia mengatakan semua orang yang pernah pernah ke luar negeri tetap diawasi. "Sementara ini ya tetap mereka yang 14 hari sebelum masuk ke Indonesia pernah berada di daratan Tiongkok, atau juga mereka yg berasal dari Tiongkok, akan kita telusuri perjalanan mereka tapi kan banyak kemungkinan karena itu kita petakan yang lebih detail bagaimana cara penyelesaiannya, termasuk wilayah-wilayah perbatasan tempat penyeberangan yang selama ini sebetulnya sangat intens dilakukan tapi tidak pernah dikatakan sebagai tempat penyeberangan resmi, terutama itu juga harus kita hitung," katanya.

Kenaikan pembelian terjadi sejak sekitar pukul 12.00 WIB dan hanya terjadi pada beberapa barang tertentu. Barang yang paling banyak diburu di ritel sejauh ini produk hand sanitizer, masker, obat-obatan, dan multivitamin serta makanan.

Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) meminta masyarakat tidak membeli dalam kepanikan atau panic buying akibat fobia. “Anggota peritel Aprindo selalu siap hadir. Kami cukup dalam memenuhi kebutuhan pangan maupun nonpangan bagi masyarakat di seluruh Indonesia," ujar Ketua Umum Aprindo Roy N Mande, Senin, (2/3).

Menurutnya, tindakan masyarakat yang berlebihan ini, justru menyebabkan kepanikan atau fobia baru lainnya yang tidak perlu terjadi. "Di saat sebenarnya seluruh kebutuhan masyarakat tetap dapat terpenuhi dan tercukupi dengan baik," kata Roy.

Ia melanjutkan, yang terpenting yakni menjaga kesehatan diri serta keluarga. Kemudian jangan cepat terpengaruh oleh kabar hoaks maupun berita yang sengaja diviralkan oleh oknum.

"Hanya percaya dan mengikuti berita yang disampaikan oleh Kementerian atau Lembaga pemerintah. Tentunya yang disiarkan melalui jaringan media dan televisi terpercaya dan kompeten ke seluruh Indonesia," ujarnya.

Roy juga meminta agar peritel anggota Aprindo terus dan tetap melayani kebutuhan masyarakat, serta mengambil tindakan atau kebijakan yang dianggap perlu untuk memastikan bahwa kebutuhan masyarakat dapat terlayani dengan cukup dan baik.

Video: 'Kematian Akibat Batuk Pilek Lebih Tinggi dari Corona'

Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko pun mengatakan akan berkoordinasi dengan Kapolri agar mengerahkan jajarannya untuk menangani kondisi panic buying. "Nanti Kapolri supaya menurunkan anggotanya untuk ikut membatasi masyarakat melakukan hal yang berlebihan seperti itu," kata Moeldoko di kantor KSP, Jakarta, Senin (2/3).

Moeldoko mengatakan, kepanikan masyarakat justru akan mempengaruhi ketersediaan dan harga bahan pangan. Karena itu, ia meminta agar masyarakat menjaga ketenangan dan menghindari bersikap panik.

"Tidak perlu panik masyarakat tenang, kalau itu terjadi malah akan mempengaruhi ketersediaan," ujarnya.

Untuk menjaga ketersediaan bahan pangan, pemerintah juga akan berkoordinasi dengan Kementerian Perdagangan. Pemerintah pun mengajak masyarakat untuk bersama-sama menghadapi masalah ini dengan tenang.

Ia juga meminta agar masyarakat percaya terhadap berbagai langkah yang diambil pemerintah. Moeldoko berjanji, pemerintah tak akan menutup-nutupi semua informasi terkait penyebaran virus corona ini. "Kita transparan tidak tertutup tapi yakin pemerintah mengambil langkah-langkah dalam mengatasi situasi ini," kata Moeldoko.

Sejak corona marak dari bulan Januari, harga masker terus naik. Bahkan, kini harganya bisa mencapai Rp 300 ribu per kotak. Harga tersebut meroket disebabkan permintaan tinggi masyarakat Jakarta, dari harga normal sekotak berisi 50 lembar masker yang biasa dijual seharga Rp 20 ribu hingga Rp 25 ribu.

"Sudah tidak ada yang ngirim lagi. Tapi banyak juga yang mau beli sejak ada corona," ujar salah satu pedagang toko obat, Ayongdi Pasar Slipi, Jakarta Barat, Senin (2/3).

Akibat harga masker yang tinggi membuat banyak calon pembeli di Pasar Slipi mengurungkan niatnya. Ayong mengakalinya dengan menjual masker secara eceran. "Selembarnya dijual Rp 8.000," ujar dia.

Kemudian di kawasan LTC Glodok, penjual masker medis, Asong, terpaksa menaikkan harga jual karena harga masker dari distributor sudah melonjak. "Per hari ini kami jual tinggi, dapat harga murah kami jual murah, kalau dapat tinggi ya jual tinggi sesuai pasaran," kata Asong.

Khusus untuk masker bermerek, Asong terpaksa menjualnya dengan harga yang lebih tinggi dibanding masker merek lainnya. Adapun pedagang masker medis, Ranto, pedagang masker di LTC Glodok mengaku sudah kehabisan stok masker karena banyak diburu masyarakat usai pengumuman dua kasus WNI positif corona.

Ranto menyebut sejumlah masker bermerek sudah mulai langka. Distributor masker-masker bermerek tersebut sedang bergabung untuk program pemerintah menyediakan jutaan stok masker khusus penanganan corona.

Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto pun angkat bicara mengenai harga masker wajah yang melonjak mahal. Menkes meminta masker harusnya hanya digunakan orang yang sakit. "Masker hanya untuk orang sakit," ujarnya.

Disinggung mengenai harga masker yang melonjak mahal, ia mengakui itu merupakan dampak ekonomi dan efek hukum pasar. "Semakin kamu cari maka semakin langka dan semakin mahal. Memang begitu hukum pasar," katanya.

Karena itu, ia meminta masker ini hanya dipakai orang yang tidak sehat kondisinya. "Yang sehat tidak usah pakai dulu," ujarnya.

Pada Senin pagi terkonfirmasi di dunia ada 88.383 orang terinveksi virus corona dengan 2.995 kematian, sedangkan sudah ada 42.792 orang yang dinyatakan sembuh. Kasus di China mencapai 79.827 kasus, Korea Selatan 3.736 kasus, Italia 1.694 kasus, Iran 978. Kasus kematian di Iran menjadi yang paling tinggi di luar China yaitu 54 kematian. Sudah ada 65 negara, termasuk Indonesia, yang mengonfirmasi kasus positif Covid-19 di negaranya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement