REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mualaf asal Korea Selatan, Ayana Jihye Moon, mengungkapkan, setelah menjadi seorang Muslim sangat mengubah hidupnya. Banyak ujian yang membuatnya menjadi orang yang lebih ramah dari Ayana sebelum memeluk Islam.
Meskipun tak ingat banyak hal dengan masa kecilnya, Ayana tahu bahwa saat lahir, keluarga dari ayahnya sangat kecewa. Sangat normal dalam tradisi masyarakat Korea Selatan saat itu, biasanya menginginkan laki-laki sebagai cucu pertama. Namun karena terlahir sebagai perempuan, nenek Ayana kecewa.
Meski menjadi anak perempuan, Ayana lebih pintar dari cucu-cucu neneknya yang lain. Bahkan saat anak-anak seusianya suka bermain, Ayana berumur 8 tahun sudah tertarik dengan hal politik dan ekonomi.
Ayana lahir dalam keluarga berada dan mapan. Orang tua Ayana memiliki bisnis sendiri-sendiri. Ayana merasa kepintarannya itu menurun dari sang ayah.
Kehidupannya itu membuat Ayana menjadi sosok yang sombong dan tak pernah bersyukur. Namun sejak memeluk Islam, dia tak lagi menemukan Ayana yang sombong.
“Awalnya, saya tak pernah bersyukur dan sombong. Namun sejak memeluk Islam, saya berubah, saya tak lagi sombong, lebih suka senyum. Sebelumnya saya tak suka senyum,” kata Ayana dalam peluncuran buku “Ayana Journey to Islam” dalam acara Islamic Book Fair (IBF) di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.
Islam membuat Ayana menemukan dirinya. Ayana menjadi lebih mencintai dirinya sendiri. Ayana besar dalam keluarga yang tampak sempurna dan harmonis. Ayana memiliki segalanya yang membuat hidupnya nyaman.
Ayana sangat suka belajar, bahkan sampai sekarang. Ayana selalu didorong untuk belajar berbagai hal dengan cepat. Karena itu, Ayana selalu bisa menjadi murid nomor satu.
Ketika memutuskan masuk Islam pada usia 16 tahun, hidupnya berubah total. Ayana menjadi bagian dari sebuah kelompok minoritas di Korea Selatan. Dari situ, Ayana bisa berempati dengan komunitas barunya.
Ayana yang tadinya berada di tengah dan diperhatikan semua orang, kini berada di pinggiran. Pengalaman itu mengubah persepsinya tentang dunia. Namun, Islam membuat Ayana semakin merasa damai dengan dirinya sendiri.