REPUBLIKA.CO.ID, Mendahulukan kepentingan umum atas individu adalah perbuatan yang baik dan terpuji. Ego pribadi mampu dijaga dan dikendalikan demi kemaslahatan lebih besar. Begitu pula halnya ketika seseorang men dahulukan orang lain atas pribadinya.
‘’Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu).’‘ (QS Alhasyr [59]: 9).
Akan tetapi, di atas itu semua, faktor kemaslahatan tetaplah menjadi ukurannya. Da lam Islam ada batasan dan ketentuan tertentu untuk setiap pekerjaan. Islam memang menganjurkan berbuat baik kepada orang lain.
Namun, Islam juga meng anjurkan berbuat baik pada diri sendiri. Sama halnya tatkala Islam menyerukan manusia berbuat adil kepada orang lain, maka Islam pun menyerukan manusia agar berbuat adil pada diri sendiri.
Oleh karena itu, mendahulukan orang lain perihal ibadah pun memiliki aturan. Dalam konteks ini, mendahulukan pribadi dalam hal ibadah dan segala sesuatu yang bertujuan mendekatkan diri pada Allah SWT, lebih dianjurkan ketimbang mendahulukan orang lain.
Bahkan, para ulama memakruhkan beritsar (mendahulukan orang lain), dalam masalah ibadah (vertikal). Alasannya, mendahulukan orang lain dalam hal ibadah justru akan membuat diri lalai akan ibadah itu. Ironisnya, kita sering kali tidak menyadari.
Mempersilakan orang lain melaksanakan shalat lebih dahulu, memberi kesempatan orang lain mengisi barisan lebih depan dalam shalat berjamaah, dan sebagainya, merupakan contoh itsar dalam praktik ibadah. Rasulullah SAW bersabda, ‘’Tidaklah suatu kaum mengakhir-akhirkan (perbuatannya) kecuali Allah pun akan mengakhirkan mereka.’‘ Senada dengan di atas, perintah untuk menjaga diri dari siksa api neraka pun dimulai dengan menjaga diri sendiri terlebih dahulu. Kemudian, barulah disusul menjaga keluarga (QS Attahrim [66]: 6).
Kiranya, seperti itulah gambaran prioritas dalam Islam perihal beribadah. Sebab sejatinya, melihat skala prioritas dalam Islam sangat dianjurkan, namun bukan berarti mengabaikan kepentingan pribadi.
Sekarang bukan saatnya lagi bersantai beribadah, apalagi sampai melalaikan. Melainkan berlomba-lomba mendapatkan posisi terbaik guna menggapai ridha-Nya adalah spirit yang mesti digaungkan.