Rabu 04 Mar 2020 09:31 WIB

WHO Soroti Kelangkaan Masker dan Harga Alat Pelindung Diri Tenaga Medis

WHO mencermati telah terjadi kelangkaan masker dan melonjaknya harga alat pelindung diri tenaga medis.

Red: Reiny Dwinanda
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus
Foto: EPA
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus menyinggung kelangkaan masker dan peningkatan harga pada sejumlah alat pelindung diri tenaga medis di Indonesia. Menurut dia, hal itu bisa berdampak pada penanganan virus corona tipe baru.

"Kami tidak dapat menghentikan Covid-19 tanpa melindungi petugas kesehatan kami," kata Tedros dalam keterangan resminya yang dikutip dari laman WHO di Jakarta, Rabu (4/3).

Baca Juga

Tedros menekankan bahwa petugas kesehatan merupakan prioritas utama yang harus dilindungi oleh semua negara dalam menghadapi virus ini. Namun, Tedros menjelaskan, saat ini terjadi peningkatan pasokan terhadap alat pelindung diri (APD) secara global yang disebabkan oleh meningkatnya permintaan, penimbunan, dan penyalahgunaan APD tersebut.

"Kekurangan ini membuat dokter, perawat, dan petugas kesehatan garis depan lainnya tidak siap untuk merawat pasien Covid-19 karena terbatasnya akses ke persediaan seperti sarung tangan, masker medis, respirator, kacamata, pelindung wajah, baju isolasi, dan celemek," kata dia.

Tedros menyebut bahwa harga masker bedah meningkat enam kali lipat, respirator N95 meningkat tiga kali lipat, dan baju isolasi atau operasi meningkat dua kali lipat. Ia mencermati bahwa saat ini sedang terjadi manipulasi harga di pasaran secara luas. Bahkan, tidak jarang stok tersebut dijual pada penawar tertinggi.

WHO telah mengirim hampir setengah juta perlengkapan APD ke-27 negara, tetapi persediaannya semakin menipis. WHO memperkirakan bahwa setiap bulan sebanyak 89 juta masker medis, 76 juta sarung tangan pemeriksaan, dan 1,6 juta kacamata pelindung diri diperlukan untuk penanganan Covid-19. Secara global, WHO memperkirakan butuh peningkatan pasokan alat pelindung diri sebesar 40 persen.

Tedros mengatakan bahwa WHO memiliki pedoman untuk merasionalkan penggunaan APD di fasilitas kesehatan dan mengelola rantai pasokan secara efektif. Namun, pihaknya bekerja sama dengan pemerintah, produsen, dan jaringan rantai pasokan pandemi guna meningkatkan produksi dan mengamankan pasokan untuk negara-negara yang terkena dampak kritis dan berisiko.

WHO meminta kepada para produsen untuk meningkatkan produksi guna menjamin pasokan. Selain itu, pemerintah tiap negara juga diminta mengembangkan insentif bagi produsen untuk meningkatkan produksi. "Ini termasuk pelonggaran pembatasan ekspor dan distribusi peralatan pelindung pribadi dan persediaan medis lainnya," kata Tedros.

Di Indonesia, kelangkaan masker dan cairan pembersih tangan juga terjadi disertai dengan kenaikan harga-harga yang menjadi tidak rasional. Kenaikan harga yang berkali-kali lipat disebabkan permintaan meningkat dari masyarakat yang ramai memborong masker.

Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto telah menyampaikan bahwa penggunaan masker lebih ditujukan bagi orang yang sakit untuk mencegah terjadinya penularan dari batuk dan bersin. Ia menjelaskan, perilaku hidup bersih dan sehat, seperti mencuci tangan pakai sabun, lebih efektif mencegah penyakit daripada menggunakan masker.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement