Rabu 04 Mar 2020 06:25 WIB

Titik Panas di Riau Melonjak Jadi 78

Riau berstatus siaga darurat karhutla hingga 31 Oktober 2020.

Titik Panas di Riau Melonjak Jadi 78. Relawan mencoba memadamkan api ketika simulasi pemadaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Pekanbaru, Riau.
Foto: Antara/Rony Muharrman
Titik Panas di Riau Melonjak Jadi 78. Relawan mencoba memadamkan api ketika simulasi pemadaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Pekanbaru, Riau.

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Jumlah titik panas yang menjadi indikasi awal kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau melonjak menjadi 78 titik, Selasa (3/3). Sedangkan pada Senin petang (2/3) tercatat ada 65 titik panas.

Prakirawan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru, Mia Vadilla dalam keterangan pers, Selasa, menyatakan satelit pada pukul 06.00 WIB menunjukkan 91 titik panas di wilayah Sumatra. Lokasi dengan titik panas terbanyak adalah Kabupaten Pelalawan dengan 22 titik. Daerah ini berdekatan dengan Kota Pekanbaru dan jadi langganan karhutla setiap tahun.

Baca Juga

Satelit juga menunjukkan titik panas di Kota Dumai mencapai 16 titik, kemudian di Bengkalis (10), Indragiri Hilir (8), Siak (7), Kepulauan Meranti (6), Rokan Hilir (6), Indragiri Hulu (2), dan Kampar (1). Mia menyatakan 50 titik yang tercatat punya keakuratan hingga di atas 70 persen sehingga dipastikan itu titik api. Lokasi paling banyak juga di Pelalawan dan Dumai.

Riau kini sudah berstatus siaga darurat karhutla hingga 31 Oktober 2020. Berdasarkan pantauan Antara, Satgas Karhutla Riau terus berjibaku memadamkan kebakaran lahan hingga malam hari.

Kebakaran lahan gambut pada Senin malam (2/3) di daerah Parit Indah perbatasan Pekanbaru-Kampar dipadamkan oleh Satgas Karhutla Riau setelah mendapat laporan dari warga. Kebakaran lahan di lokasi tersebut hanya berjarak sekitar 10 meter dari permukiman penduduk.

Kebakaran lahan pada awal pekan ini juga menyebabkan satwa ular piton sepanjang empat meter mati terpanggang. Ular piton atau sanca itu ditemukan tim pemadam kebakaran gabungan saat memadamkan kebakaran lahan di Kecamatan Payung Sekaki. Saat ditemukan, kondisi reptil itu melingkar untuk melindungi 12 telurnya.

Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Provinsi Riau menyatakan ular piton tersebut bukan termasuk kategori spesies yang dilindungi. "Identifikasi sementara benar ular sanca tersebut adalah ular sanca kembang atau batik atau Phyton reticzlatus, tidak dilindungi dan masuk Appendix II Cites," ujarnya.

Meski begitu, ia menyayangkan kematian satwa akibat karhutla karena bisa jadi hal tersebut menunjukkan telah terjadi kerusakan habitat yang juga akan berdampak pada makhluk hidup lainnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement